Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Itsbatun Najih

Aku Adalah Kamu Yang Lain

Teriakan dari Pinggir Lapangan

Diperbarui: 17 Januari 2023   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: rosda.co.id

Tidak banyak pelatih sepak bola membukukan perjalanan hidupnya. Untuk level dunia, pembaca mungkin hanya teringat buku otobiografinya Alex Ferguson. Sementara buku berjudul Coach It Right ini menghadirkan sisi lain plus aktual. 

Pembaca boleh jadi menganggap buku tentang pelatih Robert Ren Alberts menyerupai bukunya Sir Alex. Namun, di buku Sir Alex, pembaca tidak bakal menemukan bahasan panjang tentang bola vis a vis wabah Covid-19, kan?  Hal inilah yang menjadi nilai aktual dan dikupas tuntas oleh Coach Robert, panggilan akrabnya.

Bagi pencinta sepak bola tanah air, nama Coach Robert tidaklah asing. Menukangi klub Arema Malang pada tahun 2009, lantas didapuk melatih PSM Makassar, hingga berpungkas di Persib Bandung; tiga klub besar dengan militansi suporter yang membuat dirinya dibuat takjub. Takjub lantaran semarak persepakbolaan di Indonesia senyatanya berbeda jauh dengan negara tetangga. Ya, Coach Robert memang sempat melatih sejumlah klub bola di Malaysia dan Singapura.   

Dengan kata lain, Coach Robert kadung masyhur pada level Asia Tenggara. Keunikan seluk-beluk pengalaman sepak bolanya lantas menghasratkan untuk dikumpulkan dalam lembaran buku. Pengalaman pahit dan manis ditulisnya sendiri beserta seorang wartawan senior sebagai co-author, Suresh Nair. Tulisannya menarik untuk diudar ke publik pencinta sepak bola. Ya, Coach Robert lahir di Belanda pada tahun 1954. Karena itu, garansi pengalamannya dalam buku edisi terjemahan ini bisa dijadikan informasi penting sebagai refleksi dan solusi tentang aneka problem si kulit bundar.

Tak sekadar melatih

Mula-mula dirinya bermain bola sebagai siswa di sekolah Ajax Amsterdam. Didikan Ajax amat membekasnya dengan karakter kedisiplinan beserta total football. Selepas dari tanah Eropa, Robert muda beranjak ke Liga Amerika Utara sebagai pemain profesional. Hingga pada titik puncak, memutuskan bertransformasi menjadi pelatih profesional di Liga Asia Tenggara. 

Setidaknya dirinya telah menjelajahi tiga benua. Eropa sebagai pondasi, Amerika Utara dengan role model ala seorang Pele --di mana dirinya pernah bersua dan berfoto bersama. Muaranya, modal pengalaman sebagai pemain lantas tertampung pada tanah-tanah lapang Melayu --di mana antusias pencinta bola begitu menggelora tapi masih butuh banyak perbaikan di liganya macam Indonesia dan Malaysia.

Tuturan Coach Robert dalam buku berjenis autobiografi ini begitu taktis. Menariknya, apa yang diungkap adalah dominan pada urusan bola ketimbang menyisipkan urusan personal dan romantisasi keluarga. Sehingga pembaca seakan-akan digiring seperti bermain bola sambil dirinya berteriak-teriak memberikan instruksi dari pinggir lapangan. Tuturannya memang seperti teriakan atas sejumlah hal yang amat menyesakkan seperti pengaturan skor pertandingan.

Sebagai pelatih, dirinya amat akrab dengan problem klasik pengaturan pertandingan. Akrab dalam arti dirinya merasakan langsung dan melihat sendiri. Saking teranggap menjijikkan, pengaturan pertandingan disamakannya dengan praktik prostitusi.

Coach Robert terasa emosional ketika mengudar bahasan ini secara khusus dan panjang lebar. Dirinya bertutur seperti berteriak amat keras dari pinggir lapangan. Teriakan kekesalan, kejengkelan, sekaligus kesedihan. Pengaturan pertandingan yang rupanya dikelola sistematik adalah musuh sportivitas dan profesionalitas yang mestinya selalu dijunjung tinggi semua stakeholders pertandingan, termasuk penonton.

Coach Robert berteriak kala orang-orang yang dikenalnya terlibat pengaturan pertandingan. Dirinya juga berteriak keras kala dirinya sempat ditawari untuk terlibat dalam rencana permainan kotor itu. Keberanian Coach Robert membahas hal sensitif ini --karena melibatkan orang-orang yang dikenalnya-- menandakan dirinya teguh bersetia pada asas profesionalitas dan terjaga integritas diri sebagai pelatih dan insan sepak bola.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline