Lihat ke Halaman Asli

Memandang dari Sudut yang Berbeda

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12953259081026246078

Saya masih ingat betul peristiwa itu. Saya masih seorang mahasiswa waktu itu di salah satu politeknik milik perusahaan swasta (yang katanya besar). Di kelas mata kuliah RPL (Rekayasa Perangkat Lunak) seorang dosen sedang memberikan gambaran kepada kami apa itu sistem dan bagaimana cara tepat menggambarkannya. Dia mengambil sebuah buku tanpa mengatakan sepatah katapun kepada pemiliknya. Saya hanya tertawa kecil dan menganggap kata "pinjam" tidak lagi penting untuk sebuah urusan yang jauh lebih mendesak, pengetahuan. Dia mengangkat buku itu, tidak terlalu tinggi, tapi cukup untuk dilihat oleh keseluruhan penghuni kelas. Kemudian dia menurunkan buku tersebut, memegangnya sama tinggi dengan rata-rata kepala mahasiswa ketika duduk. Dia bertanya, "apakah ini?". Kami menjawab serentak dengan yakin bahwa itu pastilah sebuah buku. Pikiran nakal saya mulai lagi, "Hey pak kami tidak bodoh untuk diberikan pertanyaan seperti itu!!!" tapi yang jelas saya juga tidak bodoh untuk mengungkapkan kata-kata tersebut.

Dia bertanya kepada 2 orang mahasiswa di sisi kiri dan kanan buku tersebut untuk menjelaskan apa itu sebuah buku dari sudut pandang penglihatan masing-masing. Mahasiswa pertama berkata bahwa buku adalah gambar "sansan wawa" di atas sebuah kertas. Mahasiswa kedua berkata bahwa buku adalah nama dari perusahaan pencetak buku tersebut. Kami semua manggut-manggut seakan mengerti tapi yang jelas saya sendiri sudah mulai paham apa yang "manusia" ini ingin sampaikan. Apakah kedua mahasiswa tadi salah? Tentu saja tidak. Mereka mendeskripsikan buku seperti apa yang mereka lihat dan mereka melakukannya dengan baik tapi dari segi keseluruhan mereka jelas salah total karena tidak menempatkan 2 orang manusia lagi untuk melihat di sisi lainnya atau bahkan menambahkan 2 orang lagi untuk melihat sisi atas dan sisi bawah buku tersebut.

Hmm, sejenak saya berpikir. Gambaran ini bukan hanya soal bagaimana cara tepat menggambarkan sebuah sistem tapi juga bagaimana para manusia bertindak dari apa yang mereka pikirkan. Pada intinya, jika kita melihat hanya dari satu sisi kita tidak akan pernah mendapatkan gambaran utuh dari peristiwa. Ambil perspektif berbeda dan rangkai itu menjadi definisi sekalipun ada ribuan puzzle menanti untuk disusun.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline