Lihat ke Halaman Asli

Mengembangkan Rasa Hormat

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku …” (Kel 20:2-11)

Salah satu sikap yang harus kita kembangkan adalah sikap dan rasa hormat yang tinggi baik kepada TUHAN, maupun kepada sesama! Yaitu dengan cara menempatkan TUHAN dan orang lain pada posisi yang lebih tinggi dan terhormat! Menghormati juga berarti memberikan penghargaan setinggi-tingginya tanpa harus merasa diri sendiri direndahkan atau dilecehkan. Sikap hormat ini harus kita tujukan dan kembangkan kepada TUHAN dan juga terhadap semua orang tanpa harus memandang bulu! Sebab dengan berbuat demikian, paling tidak kita telah membuat TUHAN dan sesama merasa nyaman berhadapan dengan kita dan merasa dihargai. Keuntungan berikutnya dari tindakan menghormati TUHAN dan sesama adalah membuat kita memperoleh posisi yang terbaik di hati mereka.

Menghormati TUHAN

Siapakah orang yang takut akan TUHAN? Kepadanya TUHAN menunjukkan jalan yang harus dipi-lihnya. Orang itu sendiri akan menetap dalam kebahagiaan dan anak cucunya akan mewarisi bumi.” (Mzm 25:12-13). Takut kepada TUHAN diterjemahkan dari kata “yarekh’” (Ibrani), yang artinya adalah mempunyai sikap atau rasa hormat yang sangat tinggi dan dalam. Dalam pengejawantahannya, sikap hormat ini ditunjukkan dengan cara mendisiplinkan diri seraya menghadirkan rasa hormat yang tidak terkira kepada TUHAN dan setiap perintah-Nya. Dengan demikian sikap yang harus kita kembangkan kepada TUHAN adalah menghormati, menghargai dan menjunjung tinggi Firman-Nya dalam kepatuhan dan ketaatan yang luar biasa. Hasil dan akibatnya, setiap kita yang melakukannya akan berbahagia dan mewarisi bumi!

Menghormati atasan

”Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN." (1 Sam 24:7). Menghormati dan mengharagi seorang pimpinan atau atasan tidak hanya berlaku manakala kebijakan atau kepemimpinannya mendatangkan keuntungan dan kebaikan bagi kita; mereka tetap wajib dan berhak menerima rasa horma kita, meski tindakan dan kebijakannya merugikan bahkan membahayakan kita. Meski terkesan seolah tidak adil, namun ini adalah sebuah kebenaran yang bersifat mutlak. Sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, kita tetap harus mengembangkannya! Sebagaiman yang pernah dilakukan oleh Daud. Suatu kali Daud memperoleh beberapa kali kesempatan untuk membalas kejahatan yang dilakukan oleh Saul, atasannya. Sekalipun Daud memperoleh kesempatan emas dan dengan mudah dia dapat membunuh Saul, namun dia memilih untuk tetap menghormati atasannya! Sebab bagi Daud kejahatan tidak harus dibalas dengan pelampiasan dendam. Kejahatan tidak harus dikalahkan dengan kejahatan. Kejahatan hanya bisa dikalahkan oleh kebenaran, kebaikan, kelembutan dan kasih!“Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat 5:44)

Menghormati sesama

Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? … apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain?” (Mat 5:46-47). Rasa hormat yang harus kita kembangkan mencakup atau meliputi ruang yang tidak terbatas. Yaitu termasuk kepada siapun tanpa kecuali! Entah mereka itu adalah orang-orang yang secara umum pantas dan berhak untuk dihormati atau tidak. Sebagai maakhluk yang berbudi luhur dan jikalau kita ingin menjadi seorang yang mempunyai nilai tambah lewat sikap dan perilaku kita. Maka wajiblah kita memperlakukan setiap orang dan menempatkan rasa hormat kita yang tinggi kepada mereka semua tanpa kecuali. Sebab dengan berbuat demikian kita samasekali tidak dirugikan. Malah sebaliknya, kita justru beruntung, yaitu menjadi seorang pribadi terhormat …!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline