MENGUNYAH KEPEDIHAN
Gerimis turun di mata perempuan itu
Seorang lelaki pulang tanpa uang saku
Sedang tungku belumlah menyala
Perut mereka tak henti bersuara
Seorang lelaki menjadi begitu kecemasan
Dipeluknya perempuan membekukan deraian
"Kita panaskan lagi kenangan." Lelaki berkata.
Perempuan beranjak sambil menggenggam doa
Semangkuk duka dilahap berbarengan
Keduanya khusyuk mengunyah kepedihan
Sesekali, perempuan menengok ke arah luar jendela
"Siapa tahu ada yang menjajakan bahagia," ucapnya.
Sumedang, 3 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H