Kulihat air mata bertaburan pada kata-kata jenaka yang kau kirim kepadaku di whatsapp
Kau begitu sendiri dan tak terjelaskan
Kau tahu mataku tegar meratapi perempuan-perempuan yang mati semasa hidup yang ditulis perempuan muda yang suka cerita kesedihan dan derita
Lalu pikirku, berapa lagi kata-kata yang berhasil kaukirim kepadaku karena kau telah kucinta
Sudahkah kau tahu panggung dunia hanya pamer lara dan duka yang tiada habis dari puisi ke puisi
Di satu puisi aku berjumpa kuli yang resah menunggu kerja demi upah untuk makan anak-anaknya di rumah malam hari
Kau merasa lebih sedih dari kuli itu
Bukankah liang telingaku sanggup menampung kesunyian dan kesendirianmu tak berujung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H