Lihat ke Halaman Asli

Ita Siregar

Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Dari Ikan Terbang Tuing-Tuing ke Binte Biluhuta

Diperbarui: 15 Desember 2022   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selamat ulang tahun, Astrid. Panjang usia dan cepat dapat jodoh, pesan Rizmah di WhatsApp-ku. Aku tersenyum. Rizmah, sahabat dan kawan seperjuanganku, ketika bekerja puluhan tahun lalu. 

Mengingatnya, tiba-tiba aku disergap ingatan. Kenangan masa lalu. Aku membuka laci meja di kamarku dan mengeluarkan setumpukan buku harian. Tanpa ragu aku menarik buku yang di atasnya tertulis: 2008. 

Tahun 2008. Tahun pertamaku bekerja di lembaga pendidikan asing, bersama Rizmah. Kami menjadi dekat karena sama-sama belum tahu apa-apa. Ia bekerja sebulan sebelum aku. Kami sama-sama belajar menyelesaikan tugas-tugas harian. 

Sembarang aku membuka halaman. Di sana tertulis 20 Juni 2008. Tiga hari sebelum ulang tahunku. Dan aku merayakannya di Gorontalo bersama Pak Mike, bos Amerika kami. 

Untuk menyegarkan ingatan, aku mulai membaca. 

*  

Tiap kali bertugas ke daerah, kepalaku refleks berencana untuk sekaligus kulineran. Ya, aku tidak mau rugi. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui, istilahnya. Lagipula lidahku sudah terbiasa kuajak berpetualang mencicipi makanan baru dalam rangka menambah koleksi pengetahuannya tentang rasa. Kali ini aku bertugas ke Majene dan Gorontalo. Dengan Pak Mike. 

Awal minggu depan kami sudah berangkat. Nelly, supervisorku, sudah mengingatkan aku soal Pak Mike yang alergi kacang dan panas. Bos Amerikaku yang satu ini memang banyak pantang makanan. Bisa seharian ia hanya makan keju dalam rangka menetralisir badannya yang sedang alergi. 

Namun, Pak Mike suka menantang dirinya dengan makanan pedas. Saat rasa pedas sudah memenuhi mulutnya, maka dalam sedetik kulitnya yang putih pucat itu akan memerah serupa kepiting direbus. Tak lama titik-titik air muncul di dahinya. Dia akan tertawa sembari mengusap keringatnya yang bercucuran itu. Dia akan membuka jasnya seperti berkata, petualangan baru dimulai.  

Pak Mike pun tak tahan panas. Kalau kami rapat di ruang kerjanya di kantor, perlu mengenakan dua lapis baju hangat dan syal tebal penutup leher karena begitu masuk wajah akan disergap rasa dingin dan diri akan membeku dalam waktu lima detik seperti berada di dalam lemari es. Tak salah kalau kami menjulukinya: beruang kutub. 

Perjalanan kami bermula dari Jakarta, terbang ke Majene di Sulawesi Barat, lalu Gorontalo di ujung utara pulau. Kami akan menghabiskan lima hari kerja dua hari vakansi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline