Lihat ke Halaman Asli

Ita Siregar

Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Manghuntal

Diperbarui: 11 September 2022   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

ADALAH sepasang suami istri di Bakkara, di satu lembah di Danau Toba. Bona Ni Onan dan istrinya, Boru Pasaribu. Mereka berdua hidup bahagia. 

Satu hari Bona Ni Onan pergi berdagang ke negeri yang jauh. Dia berangkat menunggang seekor kuda. 

Setahun berlalu Bona Ni Onan kembali, terkejut melihat perut istrinya besar. Ia pun pergi, dan menginap di rumah orangtuanya. 

Malam harinya Bona Ni Onan sulit tidur. Menjelang subuh ia baru tertidur dan dewata Batara Guru menjumpainya dalam mimpi, berkata, "Bona Ni Onan, istrimu sedang mengandung seorang bayi, dan bayi yang dikandungnya titisan dewata. Kelak ia menjadi raja bergelar Singa Mangaraja."

Lalu Bona Ni Onan pulang dan menceritakan mimpi itu kepada istrinya. Sebaliknya, istrinya mengisahkan apa yang terjadi pada dirinya. Siang itu dia pergi marpangir ke mata air Tombak Sulusulu. Di sana ia memohon keturunan kepada Mulajadi Na Bolon. Selagi mandi ia melihat segaris sinar melesat dari langit, satu benda jatuh ke bumi. Ia mendekati tempat itu. Benda yang jatuh  itu ternyata jambu barus. Jambu itu segar dan menarik hatinya. Ia pun memungut, dan memakannya. 

Tak lama setelah peristiwa itu ia hamil. Ia senang karena doanya dikabulkan tetapi bingung karena suaminya sedang bepergian. Dia menemui sibaso, syaman perempuan, bertanya perihal kehamilannya. Sibaso berkata bayinya akan menjadi raja. 

Setelah itu Bona Ni Onan dan istrinya akur kembali. Boru Pasaribu hamil selama tiga tahun. Keluarga dan tetangga bertanya-tanya tentang usia kehamilan yang tak biasa itu. Untuk menghindari gunjingan orang, Bona Ni Onan membawa istrinya ke dusun terpencil. 

Lalu Boru Pasaribu bersalin. Ia melahirkan seorang bayi laki-laki. Saat itu juga terjadi gempa bumi disertai hujan badai dan halilintar. Karena itu bayi diberi nama: Manghuntal, artinya bergoyang. Pun pada gusi bayi sudah nampak calon gigi dan di lidahnya andeng-andeng berbulu. 

Satu kali Bona Ni Onan duduk-duduk di rumahnya, seekor burung besar bersayap datang bertamu. Itu Leangleang Mandi, pesuruh dewata Batara Guru. Ia menyerahkan pustaha kepada Bona Ni Onan, berkata, "Batara Guru berkata kau harus mengajarkan isi kitab ini kepada anakmu." 

Ada tiga kitab yang diberikan. Pertama, kitab petunjuk dan aturan perbintangan. Kedua, hal-hal yang tidak kelihatan. Ketiga, pengetahuan hari baik dan hari buruk. 

Manghuntal tumbuh besar dalam kasih sayang orang tuanya. Ia baik perangainya, sopan bicaranya. Ia disukai orang-orang di sekitarnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline