Lihat ke Halaman Asli

ITA MASITOH

Mahasiswa

Kemunduran Demokrasi dan Kebebasan Pers di Asia Tenggara: Refleksi dari Enam Negara

Diperbarui: 2 Juli 2023   21:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

        Kebebasan pers dan kemajuan demokrasi terkait erat. Kebebasan pers dan kemajuan demokrasi telah berkorelasi positif dari waktu ke waktu. Pers dan media yang bebas dianggap memainkan peran dalam mengungkap fakta dan kebenaran sebagai aspek penting dari kemajuan demokrasi (Ramadlan & Masykuri, 2019). Selain itu, pers dan media yang bebas dapat mendidik masyarakat atau pemirsa untuk meningkatkan demokrasi.

        Setelah administrasi, legislatif, dan yudikatif, pers dan media dipandang sebagai kekuatan keempat dalam masyarakat demokratis. Demokrasi bergantung pada konstituen atau pemilihnya yang memiliki akses ke informasi yang andal dan cukup, salah satunya berasal dari institusi media yang dapat dipercaya dan independen. Pers dianggap memainkan peran yang mendorong akuntabilitas, transparansi, keterlibatan, dan inklusi yang demokratis. Selain itu, diperkirakan bahwa media dan pers adalah institusi yang dapat berfungsi sebagai pengawas dan memberikan balances.

        Secara global, kualitas demokrasi dan kebebasan pers menderita sebagai akibat dari teknologi baru, revolusi digital, penyebaran informasi, dan meningkatnya otokrasi. Ketika perkembangan ini menjadi begitu meresap dan berdampak pada keadaan demokrasi, aktor yang berbeda melihat peluang yang mereka bawa. 

Beberapa pemerintah mengalami kemunduran menuju demokrasi, menyebarkan informasi yang salah melalui media, mendorong perpecahan, dan mengambil keuntungan dari kelemahan demokrasi. Pada kenyataannya, penyensoran, manipulasi informasi, dan pembatasan adalah hal biasa di negara-negara otoriter. Kontrol dan regulasi pers dan media telah berdampak buruk pada hak kebebasan berekspresi.

        Para pemimpin politik secara teratur menargetkan pers dan media dalam serangan mereka ketika mereka berusaha untuk secara metodis membatasi kebebasan demokratis untuk mengerahkan lebih banyak kekuasaan. Dalam kasus tertentu, menyusutnya ruang untuk hak suara independen adalah tanda bahwa lembaga-lembaga demokrasi lainnya sedang ditargetkan untuk diserang (Ruswandi, 2004). 

Pers dan media sering digunakan oleh otokrasi, yang juga menganggap sensor dan penindasan media sebagai elemen penting. Represi terhadap pers dan media yang bebas merupakan indikasi yang jelas bahwa hak-hak politik dan kebebasan sipil lainnya berada dalam bahaya, meskipun pers biasanya bukan lembaga pertama yang diserang ketika kepemimpinan suatu negara menjadi anti-demokrasi.

Pembahasan

1.  Telaah Konsep

        Berbagai perspektif tentang kemajuan demokrasi sekarang lebih negatif daripada di awal 2000-an. Demokrasi terlihat bergerak menuju keadaan konsolidasi selama bertahun-tahun. Namun, demokrasi tidak selalu tumbuh dalam garis lurus selama ini. Demokrasi juga sedang terkikis, memburuk, atau menurun di beberapa negara yang biasanya dianggap sebagai demokrasi terkonsolidasi.

        Kemunduran demokrasi, resesi demokrasi, regresi demokrasi, dan beberapa kata lain digunakan untuk menggambarkan fenomena regresi demokrasi. Definisi ini menyinggung pembenaran bahwa kemunduran demokrasi dapat dipandang sebagai penurunan lambat dalam kualitas demokrasi, yang menyebabkan suatu bangsa kehilangan kualitas demokrasinya dan menimbulkan sifat-sifat rezim otokratis dan otoriter.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline