Lihat ke Halaman Asli

Membangun Ekonomi Umat Melalui Zakat Harta

Diperbarui: 25 Februari 2017   17:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Harta dalam bahasa arab (munawir,1984) disebut al-malatau jamaknya al-amwal. Harta (al-mal)  menurut kamus Al-muhith tulisan Al-Fairuz Abadi, adalah ma malakatahu min kulli syai (segala sesuatu yang engkau punyai). Menurut istilah syar’i harta diartikan sebagai salah sesuatu yang yang dimanfaatkan pada seseorang yang legal. Menurut hukum syara’ (hukum islam) seperti jual-beli, pinjaman, komsumsi, dan hibah atau pemberian (An-Nabhani, 1990). Berdasarkan pengertian tersebut, maka seluruh apapun yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan dunia merupakan harta. Uang, tanah, kendaraan, rumah perhiasan, perabotan rumah tangga, hasil perkebunan, hasil perikanan-kelautan, dan pakaian termsuk dalam kategori al amwal, harta kekayaan.[1]

1. Kedudukan Harta dan fungsinnya

Harta mempunyai kedudukan yang amat penting dalam kehidupan manusia. Harta (uang) lah yang dapt menunjang segala kegiata manusia, termasuk untuk memenuhi kenutuhan pokok manusia pangan,sandang dan pangan. Harta adalah termasuk kedalam lima kebutuhan pokok manusia yaitu memelihara agama, jiwa, akal, kehormatan (keturunan) dan harta.[2]

Harta Berfungsi untuk menyempurnakan pelaksanaan ibadah, sebab untuk ibadah memerlukan harta, misal kain untuk menutup aurat, bekal untuk melaksanakan ibadah haji, berzakat, shadaqah, hibah dan yang lainnya dan untuk  mengembangkan dan memperoleh ilmu, karena menuntut ilmu tanpa harta akan terasa sulit[3]

2. Management sebagai alat pengelolah zakat harta

Masalah zakat sudah berkali-kali diseminarkan oleh berbagai organisasi dan lembaga atau intansi. Ini berarti belum ada atau belum tau bisa mewujudkan suatu model dalam pengelolahan zakat harta yang bisa dijadikan pedoman.

Hampir semua orang islam tahu bahwa zakat adalah salah satu rukun islam yang lima, namun kita yakin bahwa hanya sebagian kecil yang membayar zakat. zakat juga harus dibagi-bagi secara komsumtif atau bisa cara lain sekirannya lebih bermanfaat. Menghadapi ketidak sesuain pengumpulan zakat di kalangan umat islam dan juga pendayagunaannya perlu kita coba beberapa kemungkinan

Ada kemungkinan bahwa selama ini kurang menggunakan pendekatan atau metode yang tepat untuk memasyarakatkan ajaran zakat di kalangan masyarakat islam yang berkewajiban membayar zakat. Ini meliputi metode da’wah dan pengajaran islam (sejak tingkat yang masih awal).

Setelah ada hasil pengumpulan zakat, pembagian zakat secara tradisional yang bersifat komsumtif tidak akan banyak membuahkan hasil. Dengan kata lain, masih sangat jauh dari usaha pengentasan kemiskinan. Sebab, begitu harta zakat didapat akan habis selesai dimakan. Belum lagi terhitung kalau tidak tepatan di dalam mengelolanya , baik oleh panitia maupun mereka yang dikategorikan berhak menerimannya. Oleh karena itu perlu kita coba pikirkan manajemen pengelolahannya, sehingga bisa lebih berguna dan tidak menimbulkan akses negatif.

Disini manajemen kita pakai sebagai alat untuk mengelolah. Kita perlu memanfaatkan saudara-saudara kita yang mempunyai keahlian dibidang khusus untk mengarap dan mengelolah zakat. Dengan cara yang tepat seperti fungsi dari seorang manajer

Planning, harus ditentukan goal yang ingin dicapai dalam waku tertentu dimasa yang akan datang dan apa yang harus dikerjakan untuk mencapai goal ersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline