"Jiiiiii....kasihan deh lu. Kena deh, di lapak penantian" teriak Somad.
Oji yang diteriaki oleh Somad, hanya tersenyum.
Oji bukan tak mau meladeni canda Somad. Tapi, kondisi malam ini, bukan pada kondisi biasa. Bukan Kondisi untuk becanda.
Malam ini, malam rebo. Seperti pada malam-malam sebelumnya, setiap malam rebo dan malam Sabtu. Pemancingan Dirgantara selalu ramai. Karena, pada malam rebo dan malam Sabtu, selalu diadakan lomba mancing. Letak pemancingan yang tak jauh dari fly-over Jl. Pramuka & by pass Jl. A.Yani. Jakarta Timur itu, sudah sangat friendly bagi mancing maniak.
Pemenang lomba, ditentukan dengan jumlah berat perolehan. Siapa paling banyak dapat ikan dengan jumlah paling berat. Maka, dia akan keluar sebagai pemenang.
Bukan pada jumlah banyaknya ikan yang terpancing. Cuma dua ikan, jika paling berat, akan menang, meski pesaing lain, dapat lima ekor.
Jumlah lapak di pemancingan Dirgantara tidak banyak, hanya 46 lapak. Biasanya, pada malam-malam biasa, lapak-lapak selalu menyisakan tempat kosong. Namun, malam Rebo dan malam Sabtu selalu habis tidak meninggalkan sisa.
Bahkan, untuk dapat lapak, harus daftar sejak jam 6 sore.
Lomba dimulai pas jam delapan dan berakhir jam sebelas malam. Dalam rentang waktu tiga jam itulah nasib Oji, dia pertaruhkan.
*****
Sudah sejak Selasa kemarin, Oneng tak henti ngomel. Segala hal, semua salah dihadapan nya. Seakan tak kenal lelah itu mulut, oneng merepet tiada henti.
Oji sadar, istrinya sudah lelah. Corona yang mewabah ini, sudah merampas sumber pencarian Oji. Siapa yang mau naik ojek Oji? Grab tempat dia gantungkan untuk semua hajat hidup keluarganya sama sekali tak berdaya menghadapi Corona.
Satu-satu barang di rumah sudah kelaut. Mulai tape, tivi, kulkas dan naga-naganya kipas angin akan segera menyusul.
Tak tahan dengan segala omelan Oneng, Oji segera pergi, tak jelas tujuannya. Yang penting keluar rumah, yang penting telinga ini rehat sejenak dari mendengar segala omelan Oneng.