Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Filosofi "Emang Gue Pikirin"

Diperbarui: 16 Juni 2020   06:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Emang Gue pikirin, istilah yang semua orang tahu. Sebuah kalimat, yang berarti tidak memikirkan semua hal dengan serius. Semua yang sudah terjadi ya sudah, mau diapakan lagi? Tidak mungkin dikembalikan lagi.

Begitu sajakah arti Emang Gue Pikirin? Tulisan ini, coba menggalinya lebih dalam.

Dalam hidup. Banyak hal yang terjadi. Baik atau buruk. Apa yang terjadi, tidak selalu sesuai dengan keinginan. Juga, tidak semua keinginan kita, akan terjadi. Mengalami hal yang tidak sesuai keinginan dan yang diinginkan tidak menjadi kenyataan, bukanlah sesuatu yang gampang.

Akan timbul perasaan yang campur aduk, nano-nano dalam dada.

Empat bulan lalu, saya kedatangan kerabat. Dengan wajah berseri beliau bercerita bahwa kondisinya semakin membaik. Gaji yang dia peroleh 20 juta perbulan. Dalam empat bulan ke depan, beliau berencana akan membeli rumah seharga enam ratus juta. Saya dengan takzim mendengar seluruh kabar gembira dan rencana hebatnya.

Dua hari lalu, saya Kembali bertemu. Kondisi kerabat saya berubah, bak siang dan malam. Saya kaget. Sebelum saya bertanya. Beliau sudah bercerita. Jika, kini beliau sedang kondisi Jobless (nganggur). Apa yang dulu direncanakan seakan menjadi khayal nan kunjung jadi kenyataan.

Yang lebih parah, begitu menurut beliau. Kejiwaannya ikut tergerus meghadapi kenyataan ini. Seperti rasa malu pada tetangga, sedih, marah dan apatis dengan kondisi yang kini sedang beliau alami.

Saya hanya mendengar, tak memberi komentar sepatah katapun. Hingga, akhirnya, sang kerabat memaksa saya untuk bicara.

Saya menyuruh kerabat saya untuk menarik napas. Lalu, dengan sekuat tenaga meneriakkan kata EMANG GUE PIKIRIN. Konyolnya, kerabat saya, mengikuti apa yang saya suruh.

Saya katakan pada beliau. Bahwa, Allah sedang bekerja mewujudkan keinginannya untuk memiliki rumah seharga enam ratus juta dalam waktu empat bulan ke depan.

Kerabat saya menolak pernyataan saya. Beliau merasa saya mengolok-olok beliau. Mana mungkin itu terjadi. Kondisi saya saja, sekarang Jobless. Hentikan semua omong kosong itu. Berhentilah mengolok-olok saya. Demikian tutur beliau.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline