Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Tidak Membenci Juga Memaafkan

Diperbarui: 14 Juni 2020   18:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sore hari (14/06/20) saya membaca tulisan orang tua saya, Tjiptadinata Effendi. Tulisan yang sungguh jujur dan menginspirasi.

Beliau menuliskan. Bahwa, untuk mengasihi sesama, seperti mengasihi diri sendiri. Sungguh sulit. Namun, meski sulit, beliau mengakhiri tulisannya dengan Quote yang manis sekali. Di usia 77 tahun, saya sungguh belum mampu  menyayangi semua orang. Tapi, setidaknya saya bersyukur tidak membenci siapapun.

Kata-kata terakhir "tidak membenci siapapun", mengilhami saya untuk membuat tulisan ini.

Ada tiga kejadian yang seharusnya saya sikapi dengan membenci sang oknum penyebab dari terjadinya ketiga peristiwa itu.

Namun, alih-alih membenci.  Malam hari setelah kejadian itu, sebelum tidur saya telah memaafkannya.

Kejadian Pertama. Saya yang memiliki kedekatan dengan seorang pengusaha besar pada Era Orde Baru  (yang bersangkutan kini telah almarhum dan mantan Mentri pada Kabinet zaman Orde Baru), dimanfaatkan oleh kolega-kolega saya untuk dapat pindah kerja ke Perusahaan milik Sang mantan  Mentri.  Saya, yang Ketika itu masih muda (belum tiga puluh tahun), mengiyakan permintaan teman-teman, tanpa menaruh curiga sedikitpun.

Singkat cerita, hampir semua teman berhasil menyeberang ke perusahaan sang mantan Mentri. Namun, diluar pengetahuan saya, ada yang melaporkan apa yang telah saya lakukan. Akibatnya, saya dipecat hari itu juga. Tepatnya, hari Kamis.

Malamnya, saya masih bermalam di kantor dimana siang hari tadi, saya dipecat. Malam itu, saya segera tahu, siapa pelaku yang berhianat itu. Saya tidak marah, juga tidak benci. Bahkan, sebelum tidur, saya memaafkan apa yang telah dia lakukannya  pada saya.

Besok hari, Jum'at pagi. Saya ke Bintaro Jaya. Tempat sebuah konsultan besar ternama berlokasi. Orang yang saya  cari, sedang senam pagi. (zaman orba, setiap pagi Jum'at karyawan BUMN melakukan senam pagi). Selesai beliau senam, saya di panggil dan pagi itu juga, saya diterima.  Kemudian, dengan kendaraan beliau, saya dihantarkan ke lokasi proyek yang akan menjadi tempat kerja saya. Tepat, di belakang kantor WAPRES. Proyek Renovasi Gedung DPRD.

DKI. Selesai semuanya, beliau berpesan. Hari ini, cukup sampai sini dulu. Karena besok hari  sabtu. Silahkan kerja di mulai hari senen saja.

Saya berubah profesi dari juru gambar dan sondir, jadi MK.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline