Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Filosofi Lockdown

Diperbarui: 3 Mei 2020   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tulisan saya yang terdahulu -kisah klasik tentang lockdown- . saya berkisah tentang pemuda yang tertidur selama tiga ratus ditambah Sembilan tahun di dalam Goa. Kisah ini, akhirnya dikenal dengan kisah ashabul kahfi. Inilah, kisah lockdown pertama yang dikenal dalam sejarah peradaban manusia.

Dalam tulisan ini, saya ingin meninjaunya dalam persepsi filosofi. Kita namai saja dia dengan "filosofi lockdown".

Ketika, para pemuda masuk Goa, segera mereka tidak terlihat oleh para pemburu para pemuda tersebut. Pada titik inilah pointnya. Yakni, TIDAK TERLIHAT.

Padahal, pada hakekatnya, sesuatu yang tidak terlihat itulah INTI dari solusi atau masalah.

Yang terlihat oleh sang pemburu, hanya Goa kosong dan semak belukar.

Dan banyak diantara kita, umumnya tertipu dengan apa yang terlihat dari luar. Dalam kasus sang pemuda, yang tampak dari luar, hanya Goa kosong dan semak belukar.

Sesungguhnya, ketika kita melihat bangunan indah, yang terlihat oleh kita, hanya keindahan catnya, padu padan ruang dan gaya arsitekturnya. Namun, inti dari bangunan itu sendiri tidak terlihat. Bagaimana adukan betonnya, apakah pakai K 225 atau K350 atau K500 kita tidak pernah melihatnya. Apakah memakai besi ulir atau polos, apakah diameter yang digunakan D10, D12, D13, D16 atau D22 juga D25, kuat tarik besi apakah U20, U22, U24, atau U32 kita tidak pernah tahu. Karena, memang tidak terlihat.

Padahal komposisi antara K Beton dengan diameter besi dan U besi yang kita kenal dengan beton bertulang, merupakan inti bangunan itu sendiri. Komposisi inilah yang akan melindungi penghuni gedung itu, dari kejadian yang tidak diingini, seperti gempa dan tsunami.

Demikian juga, ketika kita bicara tentang kemerdekaan Indonesia. Bagaimana heroiknya para pemuda mengusir penjajah. Mereka lupa, bahwa sang Jendral yang menjadi "otak" pergerakan itu. Sosok yang tidak terlihat. Berpindah-pindah tempat dari hutan yang satu ke hutan yang lain. Cara perang yang demikian, kita sebut sebagai cara gerilya. Dan ternyata, cara ini cara revolusioner yang ternyata ampuh, dan kelak, ditiru oleh Vietnam untuk mengusir sang Polisi Dunia Amerika dari Vietnam.

Sosok yang tak terlihat dan tersembunyi itu, Jendral Besar SUDIRMAN.

Jadi, percayalah, ketika anda di rumah saja. Bukan berarti anda tidak penting. Tidak semua yang terlihat itu penting. Bisa saja, justru yang tidak terlihat itulah yang sangat penting.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline