Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Berpikir dan Bicara Positif

Diperbarui: 3 November 2019   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

UCAPAN POSITIF COY.
.
Pagi tadi, ada peristiwa tragis, seorang copet nyonyor dihajar massa, sebelum akhirnya diamankan oleh pihak berwajib.
Beberapa reaksi masyarakat menghadapi kejadian itu beragam.
Ada yang mengatakan ;
- Mampus lu, kapok mu kapan?
- Kasihan dia, jika saja tak datang Polisi, pasti mati.
- Alhamdulillah.

Terhadap ucapan yang terakhir ini, agak aneh terdengar telinga. Benarkah ucapan itu? Tulisan ini, dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan di atas.

Alhamdulillah, adalah ucapan rasa berterima kasih atas nikmat yang kita peroleh. Apapun itu nikmatnya.
Maka, jika kita sepakat, bahwa ucapan Alhamdulillah pada peristiwa di atas adalah ucapan yang benar. Maka, turunan berikutnya, pada peristiwa di atas, harus diakui merupakan nikmat yang harus disyukuri.
Pertanyaan berikutnya, benarkah peristiwa di atas merupakan nikmat. Jawabannya, mengapa tidak.  Bukankah semua peristiwa yang menimpa manusia merupakan nikmat, jika kita mampu melihatnya dari sisi positif.

Jadi, masalahnya sekarang, terletak pada kemampuan kita untuk melihat sisi positif terhadap apapun yang terjadi pada kita.

Akibatnya, seluruh hal yang terjadi, pantas dan patut untuk diucapkan Alhamdulillah.
Mengapa harus ucapan Alhamdulillah?; Dasar pemikirannya, agar kita sesegera mungkin, memindahkan suasana surga yang diidamkan seluruh manusia, ke dunia saat ini juga. 

Kata Alhamdulillah, adalah ucapan yang selalu diucapkan oleh penduduk surga. Harapannya, jika kita latah mengucapkan sekarang, Insha Allah kita terkondisikan untuk menjadi penghuni surga juga.
Sesuai firman Allah; "Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!." (QS.Az-Zumar:73).

Sekarang bagaimana menarasikan kata Alhamdulillah pada peristiwa di atas, sehingga terlihat rasional dan dapat diterima akal. Kemampuan kita menarasikan inilah kunci soalnya, sehingga nampak logis dan masuk akal. 

Seperti misalnya, sebagai berikut:
- Alhamdulillah dia tertangkap. Sehingga dengan tertangkapnya, dia dapat bertobat
- Alhamdulillah dia tertangkap. Sehingga dengan tertangkapnya, dia tidak mencopet lagi.
- Alhamdulillah dia tertangkap. Sehingga dengan tertangkapnya dia, masyarakat aman dari kejahatan yang dilakukannya.
- Alhamdulillah dia tertangkap. Sehingga dengan tertangkapnya, dia merubah perilaku buruknya menjadi baik, hingga kelak, saya dan dia dapat menjadi sahabat di surga.

Begitu banyak narasi yang dapat kita buat. Dasar pemikirannya, apapun yang terjadi adalah  nikmat yang patut disyukuri. Sehingga, tidak ada lagi ruang untuk tidak bersyukur, tidak ada ucapan yang patut diucapkan selain Alhamdulillah.
.
Wallahu A'laam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline