Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Ini Bukan Soal Berlebihan

Diperbarui: 11 Juni 2019   19:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja di Danau Singkarak (dok Pribadi)

Pada 18 Juli 1980 pusat perbelanjaan Sarinah yang merupakan Pusat Perbelanjaan mewah dimasa itu habis terbakar. Tak berapa lama kemudian, Jembatan penghubung yang menghubungkan antara Jakarta Theatre dan Sarinah, juga ambruk.

Jika terbakarnya Sarinah diduga sengaja dibakar karena munculnya pusat perbelanjaan baru yang bernama Ratu Plaza. Tetapi, robohnya Jembatan penyeberangan yang menghubungkan Jakarta Theatre -- Sarinah murni disebabkan kesalahan tekhnis.

Jembatan penyeberangan yang di design oleh Prof.Ir. Roesenno, sebagai Bapak Beton Indonesia itu, awalnya memang di disain untuk lalu lintas manusia, menghubungkan antara Jakarta Theatre dengan Pusat Perbelanjaan Sarinah.

Namun, pada perkembangan selanjutnya, dibukalah stand-stand toko di sana, semacam pertokoan yang berada diatas jalan wuruk, Glodok. Akibatnya, terjadi penambahan beban yang melebihi kapasitas dari rencana daya dukung beban,  seperti rencana awal. Sehingga, ketika Jembatan tidak mampu menyangga beban yang berada diatasnya. Jembatan Ambruk.

Pada kondisi eksakta, yang semuanya dapat dihitung secara matematika. Kita dengan mudah mendefinisikan "berlebihan". Artinya, ada jumlah bilangan yang melebihi angka yang direncanakan atau disepakati sejak awal.

Namun, bagaimana mendefinisikan sesuatu yang bukan eksakta, tentang kata berlebihan. Berlebihan menyayangi anak, berlebihan menyayangi isteri, kekasih, sahabat, tanah air dan lain sebagainya.

Agaknya, kajian ini, perlu untuk dibahas. Agar kita mampu mengklasifikasikan, benarkah gejala yang sedang kita lihat atau alami, sebagai gejala yang berlebihan. Atau sesungguhnya hal demikian sebagai sesuatu yang biasa saja. Tetapi, kita yang gagal melihatnya dengan kaca mata jernih. Sehingga, terlihat sebagai sesuatu yang berlebihan.

Ketika Aisyah, isteri Rasul yang amat Rasul  sayangi sedang kedatangan tamu, ada seorang peminta-minta yang mengetuk pintu beliau. Sang peminta, diberikan sepiring makanan, lalu makan pemberian Aisyah dengan duduk di tikar di ruang tamu. Sedangkan untuk sang tamu. Aisyah mengajak sang tamu makan dengan menu yang sama. Namun, dengan duduk di Meja Makan.

Berlebihankah sikap Aisyah memperlakukan sang tamu? Tentu tidak. Jika demikian, tentu sikap Aisyah pada sang peminta, kurang dari standard kepatutan. Juga tidak.

Untuk sang peminta, nilai sepiring makanan, melebihi dari soal tempat dimana makanan akan dia santap. Sedang bagi sang tamu, antara makanan dan tempat,  memiliki nilai yang sama. Sang tamu akan terhina jika duduk di tempat sang pengemis makan.

Ternyata, beda antara tamu dan pengemis bukan pada makanan yang disantap. Melainkan, pada maindseat  pola pikirnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline