Ada beberapa pertanyaan yang sering mengusik saya, khususnya berkenaan tentang bulan Ramadhan atau bulan Puasa. Pertanyaan yang meminta jawaban secara nalar, atau paling tidak dapat diterima secara rasio disamping Iman.
Diantara pertanyaan itu, mengapa puasa harus dilakukan selama satu bulan? Mengapa puasa harus diikuti dengan ibadah taraweh dan tilawah (membaca) al-Qur'an?
Inilah jawaban yang saya peroleh, dan akan saya bagi untuk semua sahabat. Karena sifatnya subyektif. Maka, kesempurnaan dari kesimpulan ini, masih saya harapkan dari semua sahabat.
Satu. Sebagaimana diketahui, Islam menghendaki perbuatan yang baik, sekecil apapun itu, idealnya dilakukan secara kontinyu, terus menerus. Dalam bahasa agama disebut istiqomah.
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta'ala adalah amalan yang kontinue walaupun itu sedikit." (HR. Muslim no. 783).
Maka, dari point satu, timbul pertanyaan, amalan apa yang perlu dilanggengkan --didawamkan- itu? Bagaimana caranya?
Dua. Maka, perlu diadakan perombakan perilaku, dari perilaku kurang baik menjadi baik, dari perilaku salah menjadi benar. Untuk merubah perilaku --habit- tentunya, dibutuhkan latihan yang hasilnya mampu merubah perilaku. Untuk itu, dibutuhkan dua hal. Waktu yang cukup dan melakukan pengalihan kebiasaan.
Maka, puasa selama sebulan itulah jawaban untuk lama waktu latihan. Dasarnya?
Dari buku Psycho Cybernetics oleh Maxwell Maltz. Buku yang dipublikasikan pada 1960 ini menyebutkan bahwa pasien-pasien Maltz membutuhkan waktu 21 hari untuk terbiasa dengan wajah baru mereka setelah menjalani operasi plastik.
Kesimpulan yang dibuat Maxwell, dibutuhkan waktu 21 hari untuk merubah perilaku --habit- dan Islam menyimpulkan, dibutuhkan waktu selama tiga puluh hari.