Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Punguk Nan-Merindukan Bulan

Diperbarui: 20 Mei 2019   04:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi - thelensflare.com

Sore tadi, menjelang Maghrib masuk chatting yang mempertanyakan tentang Burung Pungguk yang merindukan Bulan. Sebuah pertanyaan apakah disebabkan sang penanya benar-benar ingin tahu, atau ingin melihat sisi lain dari jawaban yang ingin saya sampaikan pada sang penanya.

Sebenarnya mudah bagi saya untuk menjelaskan arti kalimat yang ditanyakan. Namun, agaknya, tidak memenuhi rasa ingin tahu sang penanya, mengapa sang Pungguk hanya diperbolehkan merindukan Bulan, tidak diperkenankan untuk menemui sosok yang dirindukan sang Pungguk, serta apa akibatnya, jika sang Pungguk nekat menemui sang Bulan.

Tulisan ini dimaksudkan menjawab pertanyaan  di atas. Pendekatan yang saya lakukan dengan pendekatan Fisika dan Biologi. Karena, dua pendekatan inilah, menurut hemat saya, dapat menjawab tanya diatas dengan lebih rasional dan tidak menimbulkan multi tafsir.

Dalam Biologi, Pungguk termasuk dalam keluarga besar burung (Aves). Termasuk hewan berdarah panas, karena suhu tubuhnya tetap. Meskipun suhu disekitarnya berubah-ubah. Pungguk bernapas dengan menggunakan paru-paru, yang dibantu dengan pundi-pundi kantong hawa.

Dalam bahasa Biologi, Pungguk dikenal dengan nama Ninox Sculata. Sedang jarak antara Bumi dan Bulan sejauh 384.400 km. Sekarang, mari kita mulai analisa.

Jika burung yang keluar hanya pada malam hari ini, kita asumsikan mempunyai kemampuan kecepatan terbang 60km/jam. Maka, untuk mencapai Bulan dibutuhkan waktu selama 6.407 (enam ribu empat ratus tujuh jam) atau sama dengan 267 hari, atau sama dengan 9 (Sembilan bulan) perjalan terbang non stop, dari Bumi menuju Bulan.

Pertanyaannya sekarang, selama waktu Sembilan bulan itu, dimana sang Pungguk merebahkan tubuhnya untuk istirahat (tidur), darimana sang Pungguk memperoleh makan dan minum, selama perjalanannya?

Mungkinkah selama Sembilan bulan itu, sang Pungguk terbang tanpa henti, tanpa istirahat dan tanpa makan dan minum? Jika diasumsikan sang Punguk membutuhkan waktu istirahat selama 6 jam dalam sehari semalam. 

Maka, lama perjalananya menjadi bertambah lama, menjadi 8.008 (delapan ribu delapan Jam) atau sama dengan 338 hari, atau sama dengan 11.12  bulan (sebelas bulan enam hari). Hampir satu tahun perjalanan. Tanpa makan dan minum. Saya tidak mampu menjawab, dari mana sang Punguk memperoleh makan dan minum selama hamper satu tahun perjalanannya menuju sang Rembulan.

Dengan sifat dasar Pungguk yang berdarah panas (sekitar 25 C), mampukah tubuh Pungguk beradaptasi ketika melewati atmosfir bumi yang suhu udara sangat dingin (dibawah nol derajat)? Pertanyaan inipun sulit untuk saya jawab. Apakah sang punguk tidak mati kedinginan selama dalam perjalanannya, mengingat sang Punguk selama perjalanan, tanpa makan dan minum.

Dengan sifat dasar Pungguk yang bernapas dengan paru-paru, mampukah Pungguk tetap bernapas pada ruang hampa udara? Dimana kerapatan udara demikian longgar dan jumlah kandungan oksigen nyaris tidak ada? Satu lagi Tanya yang sulit bagi saya untuk menjawab sekaligus menerangkannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline