Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Jangan Jadi Penulis

Diperbarui: 2 Februari 2019   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : magnesianews.gr/perissotera

Siang itu, disela lelah setelah melakukan pelatihan penulisan. Saya tak sengaja mendengarkan obrolan dua peserta, tepatnya curhat pandangan mereka tentang personel penulis.

Untuk menjaga kerahasiaan identitas mereka, kita sebut saja Amir dan Tono.

Amir :"Apa pendapatmu tentang penulis?"

Tono :"Maksudnya?"

Amir :"Kehidupan pribadi mereka."

Tono :"Saya kurang tahu. Kalau menurutmu?"

Jika menurut saya, mereka adalah manusia yang patut dikasihani. Mereka, ibarat lilin yang terbakar, menerangi sekitarnya. Namun, pada saat yang sama, mereka sendiri hancur dan akhirnya lenyap dimakan api itu sendiri.

Mereka menulis tentang indahnya sesuatu, padahal sesuatu yang mereka tulis, bukan apa yang mereka alami. Melainkan, sesuatu ideal yang ada dalam khayal mereka. Sesuatu yang bagi mereka sendiri hanyalah khayalan. Sesuatu, yang nyaris tak mungkin mereka raih. Lalu, sebagai konpensasinya. Sesuatu yang tak mungkin diraih dalam dunia nyata itu, mereka tulis, seakan mereka mengalaminya. Bahkan, dengan detail, khayalan itu ditulis, seakan nyata.

Bayangkan. Penulis yang rata-rata lemah dalam ekonomi itu, menulis tentang indahnya Istana. Kapan mereka memiliki Istana yang mereka tulis detail itu? Sedangkan rumah type 36 saja mereka tidak memilikinya.

Mereka menulis tentang indahnya kisah cinta antara romeo dan yuliet. Kapan mereka pernah jatuh cinta?. Dengan wajah penulis yang rata-rata dibawah standard ganteng dan cantik, serta penampilan yang kucel. Lalu, kapan kisah romantis yang mereka tulis itu, benar-benar mereka alami? Karena nyaris tak mungkin mereka alami, maka, mereka menuliskan detail khayalan itu dalam tulisannya. Semakin indah kisah yang mereka tulis. Maka, semakin tinggi khayalannya dan semakin paiawai mereka mengelola khayalan, untuk selanjutnya mereka tumpahkan dalam lembaran-lembaran kertas yang tak berdaya, dihadapan mereka.

Saya bahkan, pernah bertemu dengan penulis, yang bahkan seumur hidupnya, tidak pernah mengalami jatuh cinta dalam arti yang sesungguhnya. Karena wanita yang menjadi idaman sang penulis, tidak pernah benar-benar menjadi kekasihnya. Sebabnya? Saya sendiri kurang tahu. Tetapi, coba lihat tulisannya. Luar biasa indah dan romantis. Menjadikan semua yang membaca iri, seakan sang penulis Play Boy yang dikejar-kejar banyak wanita. Namun, dalam realita kehidupannya, dia hanyalah lelaki malang dan kesepian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline