Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Ramadhan yang Penuh Pernik

Diperbarui: 27 Mei 2016   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore tiba, kembali ke rumah, berbuka bersama keluarga. (dok.Pribadi)

Ramadhan prinsipnya menahan hawa nafsu, guna mencapai derajat manusia yang memiliki empaty pada sesama manusia dan sesama makhluk hidup. Dunia sudah begitu gersang dengan tiadanya empaty sesama manusia. Ramadhan hadir untuk menjawab semua kebutuhan itu.

Namun, kenyataan yang ada, jauh panggang dari api. Rona budaya sangat kental membelenggu Ramadhan. Salahkah budaya? Tidak, jika budaya diartikan sebagai budaya adiluhung Bangsa. Namun yang terjadi, budaya hedonis mendominasi pengertian kita tentang budaya.

Ramadhan sendiri belum datang, masih sebulan lagi. Tetapi tiket Kereta Api untuk mudik dan balik telah habis terjual. Alasannya dibuat sungguh indah, menjalin silahturahmi. Sungkem pada orang tua dan mencari akar budaya dimana sang perantau berasal. Kenyataan yang terjadi, mudik hanya sebagai ajang pamer dan unjuk keberhasilan. Bahwa sang putra daerah telah berhasil menundukan Ibu Kota. Indikasinya, dengan materi yang dipamerkan saat mudik, bisa berbentuk mobil mewah yang dikendarai, pakaian bagus yang dikenakan dan segala pernak-pernik lainnya.   

Tiba-tiba saja, manusia menjadi alim, semua tayangan di Televisi menutup aurat, permohonan maaf bertebaran di media sosial, para lelaki beramai-ramai memakai baju koko.

lalu, tiba-tiba..

semua meminta maaf

meminta diikhlaskan

menutup aurat dan memakai baju koko dan peci

..........

aku hanya bertanya,

kemana aja, selama ini bro?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline