Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Durhaka Ayah pada Anak dan Istri

Diperbarui: 13 November 2015   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Tadi pagi saya bepergian dengan seorang sahabat. Di tengah perjalanan, saya mengisi BBM di sebuah SPBU. Ketika mengisi BBM itu, ada seorang yang jika saya perkirakan, telah berusia sekitar 60 tahun. Beliau ingin ikut dengan mobil saya, dengan menyebutkan nama daerah tujuannnya, yang kebetulan akan saya lewati. Tanpa berpikir panjang. Lalu, saya persilahkan orang tua tersebut untuk ikut. Dalam perjalanan bersamanya, tak banyak yang dapat saya ceritakan.

Setelah orang tua tersebut sampai tujuan dan turun. Sahabat saya, berkata pada saya, ”Kasihan ya, setua itu, beliau bepergian seorang diri, dan terlihat tidak memiliki biaya yang cukup untuk perjalanan itu”.

Saya menjawab ringan:”Itulah type orang tua yang durhaka pada anak istrinya, sehingga miskin di hari tuanya?”

“Kok bisa. Orang tua, durhaka pada anak dan istrinya?” Tanya sahabat saya dengan rasa penuh ingin tahu.

Untuk menjelaskan pertanyaan sahabat saya itu, maka saya buatlah tulisan ini.

Pada dasarnya, ketika kita miskin, hampir bisa dipastikan, semua karena kesalahan kita. Logika sederhananya, Allah sebagai yang Maha menciptakan manusia, adalah zat yang Maha Kaya. Lalu, apa perlunya Yang Maha Kaya itu, menjadikan ciptaanNya dalam kondisi miskin?.

Sebagai lelaki, maka kesalahan itu, dapat dikatakan meliputi dua hal, antara lain;

Satu, Kesalahan Ayah pada anaknya.

Hampir semua Ayah, memiliki pemikiran. Bahwa, membesarkan dan mendidik anaknya sebagai investasi masa depan. Bukan sebagai kewajiban yang memang harus dia kerjakan. Sehingga, ketika orang tua tidak mampu lagi bekerja. Diharapkan, anak akan membantu orang tuanya.

Pemikiran demikian, jelas salah. Dimana salahnya? Mari kita hitung secara matematis.

Jika, biaya makan berserta lauk pauknya sekali makan Rp.15.000,- maka, sehari untuk biaya makannya 45 ribu. Pakaian plus biaya cucinya Rp. 5.000,- maka total biaya seorang anak, 50 ribu/hari. Sebulan 1,5 juta, Satu tahun 18 juta. Jika di asumsikan, anak akan mandiri, tanpa biaya dari orang tua, hingga berusia 24 tahun. Maka, untuk kebutuhan makan dan pakaian saja 432 juta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline