Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Anas dan PPI yang Makin Menjemukan

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Awalnya, saya masih berharap pada Anas, harapan itu muncul ketika Gde Pasek menjanjikan pada tanggal 9/1/2014, akan ada konfrensi pers pada tanggal 10/1/2014. Tetapi harapan itu, ternyata, hanya kosong melompong, tak ada sesuatu yang baru disitu. Anas hanya mbulet, muter-muter, tak ada sesuatu yang baru. Mulai dari alasan tidak memenuhi panggilan KPK karena keluar kota, lalu tentang kalimat “proyek dan lain-lain”, tentang ketidak adilan KPK, hingga kembali mengecam SBY dengan kalimat-kalimat umum. Semua dibungkus dengan kalimat eufemisme, sehingga menimbulkan kelelahan, sekaligus menyebalkan. Sangat lebay

Siangnya, Anas mendatangi KPK, sebagaimana dia janjikan, lalu KPK “mempersilahkan” Anas untuk tidak kembali ke rumah, tetapi ke tempat yang sudah “dijanjikan” KPK. Sekali lagi Anas nyanyi, tetapi dengan kalimat yang gak jelas. Tidak pada akar masalah, tidak pada apa yang akan dia lakukan, hanya mbulet…

Karena Anas sudah di dalam, kini giliran PPI yang nyanyi, nyanyian yang sama sekali tidak merdu, syair-syair yang gak jelas dan ngawur.

Syair-syair pendahulunya, soal Professor Subur Budi Santoso yang dijemput paksa BIN, syair yang ternyata jauh panggang dari Api, lalu Ma’mun Murod melantunkan syair tentang Bambang Widjojanto, bersama Denny Indrayana dan Djoko Suyanto ke Cikeas, sekali lagi syair ini palse dan ngawur.

Kini PPI mengupdate syair baru lagi tentang Abraham Samad yang pernah nyembah-nyembah kepada Anas untuk mendapatkan dukungan baginya sebagai ketua KPK, dan sebagai nasib syair-syair terdahulu, nasibnya sangat mengenaskan. Makin menunjukkan siapa PPI dan bagaimana kondisi kejiwaaan Anas saat itu.

Lalu, apakah dengan beberapa kejadian terakhir ini, harapan saya pada Anas sudah habis? Jawabnya belum, saya masih berbaik sangka pada Anas. Anas yang saya tahu cukup pintar dan cerdas, masih memiliki harapan, meskipun harapan itu, agaknya tinggal sisa-sisa dari sejibun harapanyang selama ini dipungkiri oleh Anas sendiri.

Anas….. berhentilah berlogika politik, saatnya kini tunjukkan kepiawanmu, berhentilah bersikap yang kontra produktif, jadilah tahanan KPK yang baik, makan apa saja yang disuguhkan KPK, berhenti berwacana omdo, banyak-banyak merenung diri, lalu selesaikan tugas besarmu. Mulai ambil alat tulis dan kertas. Mulailah menulis lembar-lembar berikutnya sebagaimana yang anda janjikan selama ini.

Karena, pada lembaran-lemabaran berikutnya itu, masyarakat masih berharap pada anda, pada lembaran-lemabaran berikutnya itu pula, anda akan menunjukkan pada masyarakat siapa anda sebenarnya.

Tanpa itu, Anas hanyalah seorang pecundang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline