Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Mbah Parino Sisa terakhir Rhomusa di Bayah

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13538490621731776196

Siang itu saya berkunjung ke rumah embah Parino, di kecamatan Bayah, Banten Selatan, rumah beliau tepatnya berada di RT.03/RW.10 no.26 desa Darmasari, kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak.

[caption id="attachment_225760" align="alignleft" width="233" caption="Alamat Rumah mbah Parino (dok Pribadi)"][/caption]

Perjalanan ke rumah mbah Parino, rasanya sangat mendesak,mengingat beliau kini, satu-satunya saksi yang masih hidup dari korban kekejaman Rhomusa, pada pembangunan jalan Kereta Api maut antara sakety dan Bayah.

[caption id="attachment_225762" align="alignleft" width="663" caption="mbah Parino dan istri beliau ibu Uwen (dok Pribadi)"]

13538492371610160125

[/caption] Hal ini bermula, karena mulai terganggunya distribusi Batu Bara dari Sumatera dan Kalimantan akibat serangan armada kapal selam sekutu, Jepang mendapat informasi tentang adanya cadangan batubara di daerah Cikotok dekat Bayah dari arsip peninggalan pemerintah Hindia Belanda tahun 1900-an. Dalam laporan itu tertulis bahwa cadangan batubara di sana mencapai 20 sampai 30 juta ton. Untuk itu pada Agustus 1942 pemerintah Jepang yang diwakili biro transportasi melakukan penyelidikan bersama dengan pemandu lokal dan empat orang insinyur asal Belanda. Penyelidikan itu untuk mengetahui cara dan rintangan yang akan dihadapi dalam membuat jalur penghubung Saketi-Bayah. Setelah selesai melakukan penyelidikan, rancangan jalur  mulai dibuat pada bulan Juli tahun 1942. Tidak hanya rancangan jalur, pembangunan beberapa infrastruktur pendukung seperti  barak, gudang, kantor, dan jalan juga berlangsung. Maka pada Februari 1943, pembangunan jalur inipun dimulailah dan disinilah bermulanya cerita sedih tentang jalur maut Rel Kereta Api Bayah-Saketi itu, dan satu-satunya mereka yang selamat itu kini tinggal mbah Parino. [caption id="attachment_225763" align="alignleft" width="663" caption="Profil mbah Parino (dok Pribadi)"]

1353849323792090037

[/caption] Cerita tentang kekejaman Rhomusa, juga dapat kita baca pada pernyataan Bung Karno dalam autobiografinya yang ditulis oleh Cyndi Adam “aku membuat perjalanan ke Banten untuk menyaksikan tulang-tulang-kerangka-hidup yang menimbulkan belas, membudak di garis-belakang, itu jauh di dalam tambang batubara dan tambang mas. Mengerikan. Ini membikin hati di dalam seperti diremuk-remuk.”

Singkat cerita, Jalur kereta Api Saketi-Bayah ini, telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengadaan bahan bakar batu bara pada zaman pendudukan Jepang, batu bara diangkut dari Bayah ke Saketi, lalu dari Saketi, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api menuju Rangkas Bitung, untuk akhirnya tiba di Jakarta.

Siang itu mbah Parino terlihat sehat, guratan-guratan kejam masa lalu masih jelas terbayang di wajahnya, meskipun usianya telah mencapai 89 tahun, tetapi kondisinya masih bugar, hanya ingatan dan pendengarannya saja yang jauh berkurang, sehingga untuk berkomunikasi dengan beliau, harus bersuara keras, untunglah, kadang kami dibantu oleh istri beliau yang bernama ibu uwen, untuk menjelaskan apa yang saya maksudkan.

[caption id="attachment_225764" align="alignleft" width="663" caption="dok veteran Perang dunia II mbah Parino (dok Pribadi)"]

1353849391732389749

[/caption]

Tidak banyak data sejarah yang dapat saya peroleh dari pertemuan dengan mbah Parino, karena banyak hal yang sudah terlupakan oleh beliau, mbah Parino asal desa Seren Purworejo ini tidak banyak bicara detail tentang Rhomusa, beliau bicara melompat-lompat dari topic yang satu ke topic yang lain, lalu menyanyikan lagu-lagu jepang, dan bilangan-bilangan angka Jepang, dari istri beliau, ibu uwen, saya memperoleh informasi, bahwa beliau memiliki 4 orang putra, dua orang putra meninggal ketika kecil, sedangkan yang hidup hingga kini dua orang, yakni Ahmad Hidayat dan Kliwon, dari kedua orang putra ini, beliau memperoleh enam orang cucu. Dari Istri beliau juga saya memperoleh informasi, bahwa beliaulah kini, satu-satunya mantan Rhomusa yang masih hidup.

[caption id="attachment_225765" align="alignleft" width="663" caption="dok veteran dari pemerintah (dok Pribadi)"]

13538495122071793372

[/caption]

Diakhir pembicaraan dengan mbah Parino, beliau mengharapkan agar pemerintah memberikan santunan pada beliau, semacam pensiunan begitu, beliau juga mengeluarkan berkas-berkas yang miliki, seperti surat Legiun Veteran Perang Dunia ke II, Surat Perintis Kemerdekaan dari pemerintah Jabar, daftar nama-nama Pekerja Rhomusa yang telah meninggal serta keterangan dari Departemen Sosial. Sebagai bangsa yang besar, yang menghargai para pahlawannya, apakah tidak bijaksana jika pemerintah mengabulkan harapan beliau ini, inilah satu-satunya mantan Rhomusa yang masih hidup, apalagi usia beliau sudah 89 tahun…….semoga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline