Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Menulis, Apa Saja Kiatnya?

Diperbarui: 24 Juni 2015   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini saya merasa ada kesulitan untuk menulis, selalu saja ada alasan yang dapat dikemukakan tentang kesulitan ini, karena kesibukan kerjalah, karena ketiadaan idelah, karena malaslah, karena tidak percaya dirilah atau karena tidak dapat berkonsentrasi untuk menulis dan sejumlah alasan-alasan lain, hasilnya…….tak satupun tulisan dapat saya hasilkan, padahal saya masih ingat dulu, ketika saya menjadi pengisi tetap sebuah rubrik di harian Analisa Medan, setiap minggu tulisan saya akan dimuat pada harian tersebut, artinya setiap bulan empat sampai lima tulisan akan dimuat,dan untuk itu, saya harus membuat delapan sampai tulisan sebulan, hal ini saya lakukan agar redaksi dapat menseleksi dari delapan sampai sepuluh itu, untuk dimuat empat sampai lima dibulan yang bersangkutan.

Tulisan ini dimaksudkan agar, saya dapat menulis lagi, dengan mengingat kembali bagaimana dulu saya bisa produktif menghasilkan tulisan, serta sebagai upaya berbgai agar temen-temen tertular dengan “virus” menulis yang saya harapkan ada pada tulisan ini. Mungkin saja tulisan ini, tidak sesuai dengan teori baku yang ada pada bangku-bangku sekolah atau pelatihan-pelatihan tentang menulis, karena ia hanya ditulis sebagai tutur kata dari pengalaman yang telah terjadi.

Diantara kiat-kiat menulis, adalah sebagai berikut :

Pertama, sadari betul bahwa menulis adalah kebutuhan n-ach (n-ach = need for achievement), yakni sebuah kebutuhan kita untuk maju, artinya, menulis adalah sebagai tolak ukur sampai dimana kita memiliki pengetahuan, keahlian dan kemampuan tentang sesuatu, karena seberapapun yang kita miliki, orang lain tidak akan tahu, yang mereka tahu dari kita adalah seberapa yang dapat kita tunjukan dan hal itu salah satunya dapat kita lakukan dengan menulis.

Kedua, menulis itu adalah prilaku dasar manusia, ingatlah ketika kita kecil dulu, ketika kita tidak memiliki pengetahuan apa-apa, ketika kita mulai belajar berjalan, kita tidak pernah membaca teori tentang berjalan, tetapi kita langsung saja melakukannya, kita mengalami peristiwa jatuh bangun sebelumakhirnya kita dapat berjalan, dapat dibayangkan jika saja pada waktu jatuh yang kedua atau ketiga, kita segera berhenti berjalan karena takut pada jatuh yang berikutnya, maka sampai kini kita tidak akan pernah mampu berjalan. Oleh karena itu, menulislah terus, terus terus dan terus, masalah tulisan kita bagus atau tidak bagus bukan masalah, dibaca atau tidak dibaca oleh orang lain bukan masalah, seiring dengan perjalanan waktu, maka tulisan kita akan bagus dengan sendirinya dan akan dibaca orang dengan sendirinya dengan catatan bahwa kita komit untuk berusaha selalu memperbaiki kualitas tulisan kita.

Ketiga, Jadikan menulis itu sebagai ritme kebutuhan kita, analoginya, seperti makan, ketika ritme makan siang kita jam dua belas, maka lapar atau tidak lapar maka tubuh kita selalu mengingatkan kita untuk melakukan aktifitas makan, demikian juga menulis, ketika ritme jam menulis sudah kita dapatkan, maka pada jam tersebut atau waktu tersebut, alam bawah sadar kita segera mengingatkan kita untuk segera melakukan aktifitas menulis, tidak soal tempatnya dimana dan suasanannya bagaimana..

Keempat, jadikan menulis adalah kebutuhan dasar kita seperti makan dan minum, sehingga apabila kita telah sampai saatnya, psikisnya segera menuntut agar kebutuhan menulis itu segera untuk dipenuhi, seperti halnya ketika kita haus tubuh mengingatkan untuk melakukan aktifitas minum atau ketika lapar kita segera untuk makan.

Demikian, beberapa kiat agar kita tetap dapat terus menulis, lalu bagaimana dengan dengan ide, ide bukanlah sesuatu yang abstrak, tetapi sesuatu yang dipaksakan untuk hadir, seperti ketika memaksakan datangnya sepiring nasi ketika lapar dan segelas air ketika haus, dan kapan ide itu dipaksakan datang?, ide dipaksa datang ketika ritme jam/waktu menulis kita datang……… semoga dengan cerita pengalaman sederhana dapat menambah khasanah kita untuk segara memulai kembali menulis….Semoga!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline