[caption id="attachment_332951" align="aligncenter" width="597" caption="Barisan Kerbau di Pantai Banten Selatan (dok. Pribadi)"][/caption]
Banten, siapa yang tak kenal? Rasanya jika ada yang tak kenal, coba-coba ingat-ingat, Bandara Soekarno-Hatta, Pabrik Baja Krakatau Stell, Perjalanan Selat Sunda yang menghubungkan Sumatera dan Jawa serta Atut. Nah, kalau sudah ingat, itulah bagian dari Banten. Sekali lagi bagian dari Banten. Karena, Banten bukan hanya itu, masih banyak bagian yang belum diketahui, salah satunya Banten Selatan.
Banten Selatan inilah sesungguhnya harta Banten yang terlupakan. Kontribusinya luar biasa besar untuk Banten, tetapi apa yang diterima oleh masyarakat Banten Selatan sungguh menyedihkan.
[caption id="attachment_332952" align="aligncenter" width="597" caption="Barisan Sapi di Pantai Banten Selatan (dok. Pribadi)"]
[/caption]
Daerah Banten Selatan terdiri dari sepuluh kecamatan. Seperti Kecamatan Cibeber, Kecamatan Cilograng, Kecamatan Bayah, Kecamatan Panggarangan, Kecamatan Cihara, Kecamatan Malingping, Kecamatan Wanasalaam, Kecamatan Cijaku, Kecamatan Cigemblong dan Kecamatan Banjarsari.
Untuk mencapai daerah Banten Selatan, dapat ditempuh dari tiga arah, yakni dari Rangkas Bitung, dariPandeglang dan dari Pelabuhan Ratu. Dengan jarak yang hampir sama, yakni sekitar 100 km dari ketiga daerah yang disebutkan. Kondisi jalan yang dilaluipun sama, rata-rata tidak berbentuk jalan, lebih mirip kubangan.
Konstribusi yang diberikan Banten Selatan bukan hanya, Batu Bara, Emas, kayu hutan, kelapa, tetapi juga pesona alamnya. Terutama Pantai.
[caption id="attachment_332953" align="aligncenter" width="597" caption="Barisan Kerbau, di Pintu masuk Pantai Bagedur Banten Selatan (dok. Pribadi)"]
[/caption]
Apa beda Pantai Banten selatan dengan pantai lainnya? Yang jelas secara kasat mata, ada dua perbedaan yang menyolok, beda pertama karena pasirnya putih tanpa kandungan lumpur, beda yang kedua, disaat sore atau siang hari ada kawanan sapi dan Kerbau yang berjalan beriringan sepanjang bibir pantai. Maka tak ada salahnya untuk mereka yang suka pantai, sekali-kali wisata pantai dengan bonus iringan sapi dan kerbau.
Pemandangan langka ini, yang bagi mereka yang baru melihat, merupakan keindahan luar biasa. Ternyata, bagi penduduk local, sudah merupakan hal yang tidak aneh dan pemandangan sehari-hari. Karena bagi mereka, hal ini sama tuanya dengan umur pantai itu sendiri, bahkan Multatuli (nama lain Douwes Dekker) dalam bukunya, Max Havelaar, tahun 1860, telah menyinggung keberadaan keberadaan Kerba-kerbau itu dalam fragmen Saijah dan Adinda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H