Lihat ke Halaman Asli

Iskandar Zulkarnain

TERVERIFIKASI

Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Lelaki Tua Yang Kalah

Diperbarui: 10 Agustus 2016   09:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Lampu jalanan sudah mulai menyala, coba tuk menggantikan sinar Mentari, mengusir gelap dari sang persada, meskipun tak memiliki kemampuan berarti, tetapi, cukup mengusir gelap sepanjang jalan ini, ketika mobil-mobil yang berlalu lalang, kadang absen untuk beberapa jenak. Lelaki tua itu, terus mengayunkan langkah, tak tahu kemana diri itu akan dibawa pergi.Arah langkah ke depan dengan tujuan yang tak pasti, tetapi berjalan meninggalkan rumah sudah menjadi keputusan yang bulat, tak mungkin langkah ini surut kembali. Inilah hasil yang dia peroleh ketika usai kalah berjudi dalam kehidupan rumah tangga yang telah dia jalani.

Sore kemarin, masih dia coba untuk berbicara pada sang istri, coba beragumentasi dan mengajuk diri, manatahu masih tersisa harapan untuk mempertahankan diri, dalam menyelamatkan biduk rumah tangga yang telah lama dia jalani. Tetapi, semua sia-sia, tak ada yang bisa lagi diselamatkan, biduk bocor itu, tak mungkin lagi ditambal, sudah terlalu banyak yang bocor, kebocoran terbesar, ketika sang buah hati, satu-satunya tempat perekat hati, juga sudah ikut teracuni. Anak semata wayangnya, sudah menfoto copy apa yang dilakukan oleh sang istri.

****

Memang, harus diakui, ketika membahas rumah tangga yang gagal, tak ada yang berdiri sendiri, tak ada suami yang salah sendiri, tak ada istri yang salah sendiri, dua belah pihak, memiliki andil. Tak mesti sama banyak memang, bisa istri yang dominan, bisa juga suami yang dominan. Tetapi siapapun yang dominan, jika dua-duanya masih dapat untuk saling memahami, mau saling memaafkan, perpisahan itu, tentu akan dapat dicegah. Tak akan terjadi. Tapi agaknya pengertian dan maaf itu tak tersisa lagi, maka keputusan untuk mengakhiri itulah yang akhirnya diambil.

“Ma, sepertinya Mas sudah gagal membina rumah tangga ini” kata Tono diberanda rumahnya sore itu, waktu itu baru pukul tujuh malam. Bulan hampir penuh berada diufuk timur, terlihat menerangi cakrawala diatas rumah mereka. Tono bermaksud mengajuk hati Ima, manatau dialog pembuka masih dapat melunakkan hati Istrinya.

“Memang iya, Mas sudah tak berguna lagi…” jawab Ima ketus, terkejut juga Tono mendengar jawaban Ima, rasanya, dialog ini akan menjadi sia-sia saja, apa yang akan dikemukakan Tono, agaknya tak kan membuahkan hasil seperti yang dia harapkan.

“Iya… mungkin juga begitu” kata Tono lagi, coba mengikuti alur berpikir Ima, jika dapat,lalu dia giring dalam pola pikirnya, hingga Ima akan menangkap apa yang akan Tono sampaikan.

“Nah, kalau sudah tahu, lalu maksudnya apa?”

“Begini Ma, setelah sekian lama rumah tangga ini kita bina, Mas telah gagal menjadikan Ima percaya pada Mas”

“Memang iya” kembali ketus jawaban Ima itu. Tono sudah bertekad untuk tetap berusaha meyakinkan Ima akan maksud tindakannya selama ini.

“Padahal Mas sudah berusaha jujur selama ini, semua yang Mas lakukan, itu demi untuk kita semua, demi untuk keluarga kita”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline