Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Isyam Firdaus

Mahasiswa Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Jakarta

Metode Aktif Apa Yang Akan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa?

Diperbarui: 20 Desember 2024   19:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Metode Pembelajaran Aktif (Sumber : Pinterest)

Bayangan pertama saya tentang mata pelajaran sejarah selalu sama: deretan nama, tahun, dan peristiwa yang terasa membeku di atas kertas. Seorang guru berdiri di depan kelas, berbicara monoton tentang masa lalu yang seolah tidak memiliki nyawa. Kami, para siswa, duduk tertekan, mencatat dengan malas, dan sesekali melirik jam, menunggu pelajaran berakhir. Apakah ini sesungguhnya esensi dari belajar sejarah?

Persoalan Mendalam Pembelajaran Sejarah

Selama bertahun-tahun, sistem pendidikan kita telah menjadikan sejarah sebagai mata pelajaran yang paling tidak diminati. Statistik menunjukkan bahwa minat siswa terhadap pelajaran sejarah terus menurun. Menurut survei yang dilakukan oleh beberapa peneliti pendidikan, kurang dari 30% siswa mengaku memiliki antusiasme tinggi dalam mempelajari sejarah. Angka yang mengkhawatirkan!

Apa yang salah? Metode pengajaran konvensional telah mengubah sejarah menjadi sekadar rangkaian fakta mati. Para siswa dipaksa menghafal tanpa memahami konteks, tanpa merasakan getaran emosional di balik setiap peristiwa. Sejarah bukan sekadar kronologi, melainkan kisah kehidupan manusia yang penuh drama, perjuangan, dan pembelajaran.

Metode aktif bukan sekadar pendekatan mengajar, melainkan revolusi dalam cara kita memandang pendidikan. Konsepnya sederhana namun powerful: mengubah siswa dari penonton pasif menjadi pelaku aktif dalam proses pembelajaran. Bayangkan siswa tidak lagi sekadar duduk diam, tetapi terlibat langsung dalam mengeksplorasi, menganalisis, dan menginterpretasikan peristiwa sejarah.

Beberapa model metode aktif yang dapat diterapkan:

Simulasi Sejarah

Koferensi Meja Bundar (Sumber : Pinterest)

Siswa tidak sekadar membaca tentang perundingan diplomasi, tetapi memerankannya. Misalnya, simulasi Konferensi Meja Bundar, di mana siswa mendapat peran sebagai delegasi Indonesia, Belanda, atau pihak internasional. Mereka harus berargumentasi, bernegosiasi, memahami perspektif masing-masing pihak.

Penelusuran Sumber Primer

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline