Lihat ke Halaman Asli

Ismail Wekke

Warga Kota Sorong, Papua Barat

Pemimpin dengan Manajemen Syahwat

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada novel fiksi yang menulis dengan judul "Tuhan Izinkan Aku jadi Pelacur'. Bukan tentang Tuhan tetapi atas kesakisan tokoh dalam novel bahwa dia sering ditiduri oleh para pejabat. Ada bupati yang lagi sering dibahas di TV berkenaan dengan pernikahan singkat. Dalam kasus ini ada yang perlu dijadikan pembahasan bahwa sesungguhnya seorang pemimpin tidak saja perlu terampil mengelola manajamen masyarakat, politik dan urusan manajerial lainnya. Ada hal penting adalah manajemen syahwat. Jangan sampai bisa memimpin tetapi tidak bisa mengatur urusan syahwat. Akibatnya yah bisa seperti sekarang, mengacau kemana-mana.

Sebagai kebutuhan bilogis, sangat manusiawi kalau pejabat juga perlu penyaluran biologis. Tetapi yang menjadi masalah adalah kalau penyaluran biologis tidak mengikuti aturan agama. Demikian pula norma hukum positif perlu ditaati. Saatnya perlu dilakukan koreksi diri (terutama diri saya sendiri), bagaimana untuk tidak mencontoh perilaku jelek sang pejabat. Sehingga ke depan bangsa kita akan lbeih menghargai perempuan. Tidak satupun orang yang ada di dunia ini yang tidak lahir dari perempuan. Kecuali Adam dan Hawa. Tetapi setelahnya semua terlahir dari rahim seorang perempuan. Bahkan Nabi Isa yang tidak memiliki ayah tetap lahir dari rahim perempuan. Punya Ibu bahkan. Ini menunjukkan bahwa perlunya kita semua memperhatikan penghormatan perempuan. Termasuk dalam melampiaskan syahwat kepada perempuan. Kita tidak tau mungkin saja sang perempuan akan menjadi ibu anak kita.

Berikutnya, kita perlu instrumen yang memberikan perlindungan bagi perempuan dari kejahatan seksual. Sudah saatnya memberikan edukasi, pemahaman kepada setiap laki-laki bahwa perempuan itu adalah mitra. Termasuk mitra biologis. Sehingga memberikan penghormatan kepada perempuan sangatlah utama. Tidak dapat bentuk pendidikan formal tetapi yang paling penting adalah perilaku penghargaan terhadap perempuan perlu ditanamkan sejak diri. Sehingga ibu dan bapak menjadi guru pertama bagi setiap anak. Kejadian Bapak Bupati yang ada belakangan ini karena beliau belum menjadikan perempuan sebagai mitra kehidupan. Hanya semata-mata sebagai pelampiasan syahwat. Untuk itu, mudah-mudahan ini menjadi yang terakhir demi tegaknya negara kita. Kalaulah kita sudah menghormati perempuan, maka kemuliaan yang menjadi balasannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline