Lihat ke Halaman Asli

Ismail Wekke

Warga Kota Sorong, Papua Barat

Malaysia Airlines Terlalu Sombong

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Topik yang diminati dunia saat ini salah satunya tentang Malaysia Airlines yang hilang. Penjelasan para petinggi Malaysia tentang penerbangan itu kadang silang sengkarut. Tapi bukan tentang itu semua. Tulisan ini, hanya soal kecil saja, hal remeh-temeh tentang Malaysia Airlines (MAS) yang memiliki kode MH.

Skytrax, lembaga yang memberikan penilaian bagi layanan penerbangan, memberikan bintang lima bagi Malaysia Airlines. Ini berarti urusan layanan, maka mereka menempati tempat dengan standar yang tinggi. Tidak kata dalam mengabaikan penumpang.

Tidak banyak penerbangan yang saya tempuh dengan menggunakan MH. Tidak sampai satu telapak tangan untuk menghitungnya. Pertama kali menggunakannya, itupun tiket yang disiapkan oleh panitia seminar. Waktu itu, 2006 Garuda belum menggunakan armada Airbus 320. Saat terbang mencoba bertanya ke pramugari, “apakah ada postcard Airbus?”. Pramugari kemudian menyodorkan satu set kartu pos itu.

Perjalanan singkat hanya Jakarta ke Kuala Lumpur, cuaca cerah yang mengiringi perjalanan sehingga tidak ada guncangan ataupun hambatan cuaca. Perjalanan yang mengesankan sehingga tidak tersimpan dengan baik di memori.

Perjalanan kedua menggunakan MAS lebih singkat lagi. Dari Kuala Lumpur ke Singapura dan sebaliknya. Ini juga karena panitia menyiapkan tiket. Sehingga hanya memakai saja tiket yang tersedia. Karena pikiran saya tertuju pada presentasi seminar, maka sepanjang perjalanan hanya memperhatikan paper. Tidak lagi pada penerbangan MH, sebagaimana sebelumnya yang sibuk memperhatikan interior pesawat, seragam pramugari, dan pelbagai layanan tambahan lainnya.

Begitu kembali ke Kuala Lumpur juga dengan pikiran yang dipenuhi kewajiban untuk mempresentasikan makalah di kolokium. Lagi-lagi, sejak di hotel sampai di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) hanya menenteng map dan memelototi jadwal. Itupun ditambah dengan berlari-lari. Berusaha untuk hadir lebih awal dari jadwal yang ada. Supaya dapat mempersiapkan diri. Sepertinya semuanya tertumpah kepada urusan kolokium itu. Menghabiskan makanan yang disajikan lalu meminta tambahan segelas susu lagi.

Pengalaman tiga kali terbang dengan MH itu tidak membekas. Sebuah pengalaman terbang yang biasa saja. Terbang dari Kuala Lumpur ke Seoul dan ketika kembali juga menggunakan penerbangan yang sama. Ini yang selalu menjadi ingatan manis. Saat itu tiket MAS lagi promo. Biasanya perlu sampai delapan juta untuk tiket pergi pulang. Dengan harga promo hanya sekitar empat juta. Maka, tabungan yang adapun dibobol untuk sebuah perjalanan ke Seoul.

Perjalanan dari Kuala Lumpur transit di Kinabalu. Sehingga layanan makan disajikan dua kali untuk makan malam. Sekali lagi untuk sarapan sebelum pesawat mendarat di Incheon. Walaupun tidak disebut sebagai negara Islam, tetapi mayoritas warga Malaysia yang memilih Islam sebagai agama, sehingga kadang Malaysia tetap disebut sebagai negara Islam. Mereka mengamalkan demokrasi terbuka, hanya saja sebagai gimik politisi, mereka kadang dengan lempeng menyebut Malaysia sebagai negara Islam. Dengan status ini juga, MAS hanya menyediakan makanan halal.

Termasuk minuman yang disajikan semuanya non-alkohol. Bagi saya, inilah keitimewaan MAS. Sehingga selama penerbangan tidak perlu was-was. Fasilitas tambahan juga adalah informasi waktu shalat. Sehingga tidak perlu repot menjawab teka-teki waktu sholat.

Makanan yang disajikan mencerminkan citra bangsa Malaysia. Nasi lemak menjadi hidangan utama. Begitu juga dengan pilihan makanan vegetarian dengan menu India, termasuk tambahan roti Prata. Semuanya serba Malaysia. Ada juga pilihan tambahan berupa es krim. Hanya saja karena kekeyangan, maka es krim itu saya jamah belakangan dengan tambahan segelas susu lagi.

Dengan makanan dan minuman halal, serta waktu shalat yang diinformasikan, maka ini yang menjadi memori akan MAS. Hanya saja setelah itu tidak dapat lagi tiket promo, sehingga tidak pernah lagi menempuh perjalanan dengan MH. Biayanya yang relatif mahal jika dibandingkan dengan penerbangan lainnya. Apalagi status Skytrax yang disandangnya.

Kondisi hilangnya penerbangan MH dari Kuala Lumpur ke Beijing menjadi perhatian. Termasuk obrolan ringan dengan kawan sejawat di kantor. Mulai dari beberapa pertanyaan tentang kemana gerangan pesawat itu. Teknologi tercanggihpun belum mampu memberikan jawaban. Hanya saja perbincangan tidak berlanjut ketika beliau menyampaikan kalimat “Malaysia Ailines terlalu sombong”.

Saya segera berlalu dari perbincangan itu, kembali ke ruan kerja. Sebuah kalimat yang tidak menjadikan obrolan berlanjut.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline