Lihat ke Halaman Asli

Ismail Wekke

Warga Kota Sorong, Papua Barat

Metode Penelitian: Tentang Rujukan dan Sumber Primer

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Sepanjang Sabtu (6/9) saya menemani mahasiswa bimbingan saya untuk perbaikan proposal disertasi. Beberapa kesimpulan setelah pertemuan tersebut antara lain adalah kekurangan proposal tidak ditulis berdasarkan isu terkini, sehingga dasar yang digunakan masih merujuk kepada buku yang sudah puluhan tahun. Bahkan beberapa buku masih lebih tua dibanding dengan usia penulisnya sendiri. Penggunaan buku ajar bukan juga sebuah referensi yang ditolak tetapi volumenya tidak sampai 10% dari jumlah kepustakaan yang dirujuk. Buku ajar merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran dalam mata kuliah tertentu sehingga informasi yang disajikan tetap mengakomodasi maklumat yang menjadi perdebatan pakar di dekade sebelumnya atau sejak awal pembentukan keilmuan.

Jikalau merujuk kepada referensi yang lama, bisa saja pengetahuan yang diperoleh selama penelitian tidak lagi diaplikasikan. Prof. Djoko Kustono, guru besar di Universitas Negeri Malang memberikan contoh bahwa dalam pembelajaran di jurusan otomotif tidak lagi dibahas mengenai kaburator sebagai kemajuan teknologi karena saat ini semua motor diproduksi menggunakan injeksi. Sehingga kalau calon lulusan meneliti kaburator sebagai tugas akhir, khawatir tidak akan mendapatkan posisi di perusahaan yang mengembangkan tekhologi modern.

Sementara untuk kajian studi Islam, wilayah kajian tidak pernah berubah. Namun, tetap saja selalu ada publikasi baru yang mutakhir sehingga muncul perspektif baru. Sehingga akan memperkaya tinjauan literatur. Tidak semata-mata bersandar pada kitab-kitab klasik yang ditulis dengan rentang waktu ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Ini tentu tidak akan memberikan informasi baru ataupun temuan yang sama sekali tidak lagi perlu diuraikan sebagai sebuah bacaan terkini. Dalam pandangan DR. Muhammad Yusuf, pakar tafsir yang mengajar di STAIS al-Furqan Makassar menyatakan bahwa sebuah ayat dapat saja dikaji dan disesuaikan dengan konteks di luar ayat yang berhubungan dengan kondisi kekinian. Bahkan itu sudah diperkenalkan ulama kita sebelumnya ketika menyatakan qaul jadid (pendapat baru) dan qaul qadim (pendapat lama). Ini berarti bahwa sebuah pendapat yang berkaitan dengan konteks bisa saja berubah sesuai dengan keadaan masing-masing.

Kecenderungan dunia pendidikan tinggi saat ini diperlukan pustaka yang mutakhir dan primer. Untuk kemutakhiran tidak ada ukuran kesepakatan tetapi semata-mata berdasarkan kelaziman. Dalam kajian ilmu sosial untuk pustaka mutakhir bisa dinyatakan dengan sepuluh tahun terakhir. Tetapi angka ini tidak berlaku untuk penelitian teknologi komunikasi, dimana perkembangan telepon seluler tidak lagi dalam siklus satu dekade, bahkan teknologi baru ditemukan dalam hitungan hari atau bahkan kurang dari itu. Sehingga konvensi mengenai kurun waktu tertentu yang disebut mutakhir dalam setiap bidang ilmu akan berbeda, sebagaimana saya kutip dari pandangan Prof. Ali Saukah, salah satu tim akreditasi jurnal di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dalam kaitan dengan sumber primer, maka perlu mengacu kepada jurnal, skripsi, tesis, atau disertasi. Untuk mendapatkan semuanya, teknologi sudah memudahkan usaha pencarian. Universitas-universitas terkemuka sudah menempatkan publikasi karya mahasiswa di web universitas ataupun laman perpustakaan. Sementara jurnal, di samping platform berbayar tetap tersedia juga open access journal. Sebuah portal untuk jurnal akses terbuka ini disediakan juga oleh DOAJ.

Salah satu hambatan para peneliti adalah ketiadaan akses jurnal. Kendala dalam memperoleh jurnal dapat diatasi dengan beberapa hal, universitas seperti Universitas Indonesia menyediakan perpustakaan yang dapat diakses umum termasuk langganan jurnal dalam jaringan (online) yang mereka miliki. Bagi yang jauh dari Jakarta dapat juga menggunakan laman Perpustakaan Nasional yang telah menyediakan akses jurnal beberapa perusahaan terkemuka seperti Proquest, dan Routledge. Begitu juga dengan dosen yang sudah memiliki NIDN, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Dikti menyediakan akses untuk mengunduh jurnal. Beberapa kementerian lain seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian, dan Kementerian Kesehatan, masing-masing memiliki perpustakaan yang juga dilengkapi dengan akses jurnal dalam jaringan yang terbuka untuk umum, tidak hanya untuk pegawai di lingkungan kementerian masing-masing.

Maka, dalam melakukan penelitian, salah satu keterampilan yang perlu dikuasai peneliti dan mahasiswa yang lagi menulis tugas akhir adalah kecakapan dalam mengumpulkan informasi. Tidak semata-mata menggunakan perpustakaan yang memerlukan tantangan dalam pencarian buku. Apalagi jikalau tidak dilengkapi dengan sistem katalog dan penempatan buku yang sistematis. Alasan “buku tidak ada” tidak dapat lagi diterima. Pepatah lama, masih relevan, perpustakaan kita “seperti mencari jarum dalam jerami”. Jangankan menemukan jarumnya, bisa-bisa tertusuk jarum.

Sepanjang ada akses internet, maka menggunakan mesin pencari seperti google, dapat ditemukan apa saja. Tergantung pada kreativitas mengetikkan kata kunci yang tepat. Dengan google sudah ada koleksi buku yang dapat diakses, juga google cendekia yang menyediakan data base yang juga akses terbuka. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak melengkapi sebuah laporan penelitian dengan sumber mutakhir dan berasal dari dokumen yang primer.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline