Lihat ke Halaman Asli

Matagana, Satgas Penanggulangan Bencana

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar : inspirasibangsa.com

Rentetan bencana yang melanda Indonesia beberapa bulan terakhir ini, menjadi cerita pilu buat sebagian warga yang menjadi korban dan pengungsi. Masih buruknya sistem penanganan bencana yang kurang terpadu, menyebabkan distribusi bantuan ke daerah bencana terhambat. Banyaknya posko yang menjamur, belum menjadi jaminan distribusi menjadi lancar, ini diakibatkan Posko hanya berada di pusat pusat kota, sedangkan akses bantuan ke pelosok tidak tersentuh. Hal ini terjadi ketika banjir terjadi di Indramayu, garut dan karawang. Belum lagi dengan korban erupsi Sinabung dan Kelud. Indonesia adalah negara tropis, bahaya bencana alam selalu mengintai, apalagi negara kita di kelilingi oleh 120 gunung api aktif yang suatu saat akan meletus mengikuti siklusnya.

Sudah seharusnya materi mitigasi bencana di ajarkan di bangku bangku kuliah, jika perlu Kampus kampus menyiapkan satgas penanggulangan bencananya yang suatu saat bisa langsung diterjunkan ke daerah bencana. Bisa saja dinamakan MATAGANA (Mahasiswa Tanggap Bencana), MAGANA ini akan diberi pelatihan khusus dengan bekerja sama dengan BNPB daerah ataupun Pusat, TNI – Polri dan lembaga terkait. Sistem perekrutannya pun diperketat dengan persyaratan minimal semester 2 dan maximal semester 8, kenapa harus dibatasi semesternya? Ini bertujuan agar terjadi regenerasi pengkaderan dan tidak mengganggu mahasiswa akhir yang akan menjalani skripsi. Buat mereka yang lulus di MATAGANA ini akan mendapat brevet kehormatan berupa slayer berwarna hijau, mengapa hijau ? karena hijau adalah lambang kehidupan. Konsep MATAGANA bisa dinilai sebagai pengganti KKN buat mahasiswa yang ikut didalamnya, jadi tak perlu mengikuti KKN lagi. MATAGANA bisa dilebur menjadi satu Unit Kegiatan Mahasiswa tersendiri, jadi bukan sub divisi Resimen Mahasiswa (Menwa) atau Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala). Anggaran MATAGANA bisa diambil dari dana kampus, dan jika memungkinkan dapat memakai dana APBD atau APBN lewat jalur kementeriaan yang disetujui oleh Presiden.

Universitas sebagai lembaga pendidikan tertinggi sudah seharusnya mempunyai kepekaan sosial yang tinggi, ini sesuai dengan salah satu aplikasi tri dharma perguruan tinggi yakni pengabdian. Konsep pengabdian selama ini hanya sebatas KKN, efeknya juga tidak berkelanjutan. Mahasiswa hanya mengejar target program kerja selama sebulan dua bulan, kegiatan yang dilaksanakan juga hanya ‘itu itu saja’ tidak ada variasi yang melibatkan masyarakat secara massal. Konsep pengabdian yang sebenarnya adalah bagaiman mahasiswa yang terjun ke masyarakat bisa membuat satu program yang berkelanjutan ketika mereka tidak lagi disana. Program inilah yang akan di sinkronisasi dengan oleh pihak Fakultas atau Universitas dengan melibatkan LPM (Lembaga Pengabdian Masyrakat).

Jika MATAGANA ini terbentuk di seluruh perguruan tinggi maka akan menjadi pusat percontohan di ASEAN bahkan dunia karena hanya Indonesia satu satunya negara yang mempunyai Satgas MATAGANA. Bravo MATAGANA !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline