Lihat ke Halaman Asli

Koalisi Parpol Islam Hanya peroleh 25 Persen

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Haruskah partai politik Islam berkoalisi? Jikapun berkoalisi suara gabungan secara kumulatif dari ke lima partai politik 2014 yang berbasis pemilih Muslim hanya akan mencapai 25 persen. Kecilnya perolehan ini mengindikasikan bahwa pemilih muslim mulai menyebar kepartai partai nasionalis seperti Demokrat PDIP dan Golkar.

Jika menilik sejarah parpol Islam, maka suara terbanyak pernah didapatkan ketika pemilu pada tahun 1955. Saat itu partai partai Islam mendominasi perolehan suara, partai partai besar Islam saat itu Masyumi, Nahdlatul Ulama, dan PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah. Penurunan suara parpol Islam sejak pemilu 1971 - 1997 yang hanya diwakili oleh PPP (Partai Persatuan Pembangunan) sangat terasa, yakni cuma mencapai 16 - 27 persen.

Era pasca reformasi, suara partai politik Islam cukup signifikan, yakni memcapai 37,59 di pemilu 1999 dan 38,54 ditahun 2004.  Dan ketika pemilu 2009 suara partai politik Islam mengalami stagnasi diangka 25,94 persen. Penurunan hampir 10 persen lebih ini tentu berdampak terhadap keterwakilan caleg di parlemen. Seperti yang dialami oleh Partai Bulan Bintang (PBB) yang pada pemilu 2009 hanya memperoleh suara 1,79 persen yang secara otomatis tersingkir dari parlemen karena PBB tidak lolos ambang batas parlemen atau "parliamentary threshold" sebesar 2,5 persen.

Partai partai Islam yang berbasis pemilih muslim adalah Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadillan Sejahtera (PKS), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Amanat Nasional (PAN).  Kelima partai ini belum bisa menandingi suara Partai Demokrat, PDIP dan Golkar. Saat ini suara pemilih muslim tidak lagi terpengaruh oleh sentimen partai yang berbasis Islam, tetapi mereka sudah menjadi rasional dan lebih independen bahkan kadang menjadi pragmatis. Ideologi dan idealistik parpol Islam tidak lagi menjadi dominan.

Peluang koalisi dari partai politik Islam sangat terbuka tetapi peluangnya kecil, lebih baik mereka menggandeng koalisi dengan 3 parpol besar yang saya sebutkan tadi dari pada hanya menggandeng seseama partai gurem. Di pilpres semua akan bisa menjadi jelas siapa yang akan menjadi partner berkoalisi, dengan kata lain format koalisi akan meleburkan parpol islam dan nasionalis. Kita tunggu ....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline