Baru sehari para menteri dilantik menjadi pembantu presiden. Kabinet yang dinamakan Kabinet Kerja, diharapkan menjadi pemicu bagi para menteri agar memperlihatkan etos kerjanya. Di tengah gelombang pro dan kontra dari internal partai PDIP di daerah atas komposisi nama yang duduk sebagai menteri, Jokowi ingin memperlihatkan bahwa kabinetnya bersih dari intervensi siapapun.
Sebenarnya jika dikatakan terlepas dari intervensi, tidaklah benar. Beberapa nama seperti Rini, memang diplot sebagai penjaga gawang kementriaan yang paling sexy yakni BUMN. Siapa yang tak meragukan kedekatan Rini dengan ketua umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, loyalis setia Ibu Mega ini sudah malang melintang menjadi followers yang mengabdi kepada anak Soekarno tersebut. Belum lagi nama-nama kader PDIP yang masuk sebagai menteri. Tercatat empat politisi PDIP masuk sebagai pembantu Jokowi, jumlah ini sama dengan yang di dapat PKB. Padahal suara PKB di pileg jauh di bawah suara PDIP. Inilah dinamika politik, terlalu banyak hal yang tak terduga di tengah diskursus yang berkembang.
Kerja, Kerja dan Kerja ... tiga hal yang selalu ditekankan oleh Presiden Jokowi. Penekanan ini tentu bermakna menutupi kekurangannya dalam pembagian sehingga harus dibayar dengan hasil positif oleh para kabinetnya dengan bekerja. Jokowi pun mengulang di rapat kabinet perdana kemarin (27/10) dan menegaskan agar menteri-menterinya segera tancap gas. layak kita apresiasi semangat kabinet kerja ini dan berdoa agar bisa lebih baik dari pemerintahan sebelumnya.
Pelantikan kabinet kemarin justru ditanggapin dingin oleh bursa saham. Indeks harga saham gabungan (IHSG) justru turun, nilai tukar rupiah pun urung menguat. Ekspektasi pasar tidak sesuai yang diharapkan oleh para investor karena adanya beberapa nama menteri yang tidak sesuai harapan. Seperti Puan Maharani yang dianggap kurang pas menduduki Menteri koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Puan dianggap kurang berpengalaman di bidang tersebut, ditilik dari bakcgroundnya yang tidak pernah bersinggungan dengan isu-isu yang berada di bawah kementriaan yang dipimpinnya.
Sejumlah PR harus segera dituntaskan dan dilanjutkan oleh para menteri kabinet kerja. Misalnya saja Kementrian perdagangan pimpinan Rachmat Gobel. Tantangan ke depan adalah menjaga pasokan dan stabilisasi harga menjelang natal dan tahun baru. Termasuk menyiapkan keikutsertaan Indonesia pada forum Organisasi Perdagangan Duni (WTO) dan pertemuan puncak Kerja sama Ekonomi Asia fasifik (APEC). Kementrian keuangan pun tak kalah pentingnya. Bambang Brodjonegoro harus sudah menyiapkan konsep untuk menjaga ketahanan fiskal dan kestabilan ekonomi serta menjaga agar APBN kita tidak defisit jauh dari yang sudah ditetapkan.
Kerja, kerja dan kerja ... right man in the right place. Saat ini isu kesesuaian antara profil menteri kabinet kerja dengan tuntutan jabatan yang diemban akan selalu menjadi topik diskusi utama dan perhatian publik. Jokowi-JK dinilai tidak memakai mekanisme secara matang dalam menempatkan seorang menteri yang sesuai jabatan dan keahliannya. Suksesi kepemimpinan tidak selamanya harus menggantikan dengan sesuatu yang baru, baik itu orang maupun sistemnya. Terlepas dari itu semua, saya memberikan selamat kepada kabinet kerja Jokowi-JK. Semoga majalah TIME tidak salah menulis A NEW HOPE dalam edisi terbarunya. (@iswanto_1980)
Selamat Kerja, kerja dan kerja .. selamat berrefleksi !
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H