Padamu surat ini kutulis kawan,
Sejarak seratus masa, terserak antara duka dan asa
Di hari ketika lidah membeku, mata terpejam, dan kepala membatu
Saat hati dan jiwa tak lagi sanggup menghadang deru dan debu
Hutan rimba beton yang berdiri angkuh di atas bulir-bulir padi mimpi kami
Karena manusia hari ini hidup dari memakan kerikil, pasir besi, dan minyak bumi
Burung dan monyet tinggal diantara pepohonan besi pencakar langit
Mata air kering, air mata enggan menetes
Dan suara kami hilang ditelan deru mesin pabrik
Kami serupa ilalang yang digilas traktor pembangunan
Kami ini binatang jalang yang terbuang dari kumpulan