Lihat ke Halaman Asli

Iswan Heri

Dreamer, writer, and an uncle

Bagaimana Menanamkan Revolusi Mental melalui Keluarga?

Diperbarui: 4 September 2015   00:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Kami Aparatur Sipil Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, bertekad, melaksanakan dan mensukseskan Gerakan Nasional Revolusi Mental dengan menjunjung tinggi nilai-nilai, etos kerja, dan gotong royong untuk mewujudkan Indonesia berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.."

Begitulah bunyi “Tekad Revolusi Mental” yang dibacakan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Puan Maharani pada upacara Pencanangan Gerakan Nasional Revolusi Mental di Jakarta, Senin (24/08/2015).

Dalam sambutannya, Puan menyebut nama kakeknya, sekaligus Presiden Pertama Indonesia, Soekarno. "Pada waktu itu, Bung Karno mengatakan bahwa ini gerakan jangka panjang, di mana kita dapat melahirkan manusia-manusia baru yang ada etos kerjanya. Bukan hanya menjadi jargon," ujar Puan sebagaimana dikutip Liputan 6.

Revolusi mental yang dicetuskan Bung Karno berupa perombakan cara berpikir, cara kerja/berjuang, dan cara hidup agar selaras dengan semangat kemajuan dan tuntutan revolusi nasional. Revolusi mental mempunyai dua tujuan utama: pertama, menanamkan rasa percaya diri pada diri sendiri dan kemampuan sendiri; dan kedua, menanamkan optimisme dengan daya kreatif di kalangan rakyat dalam menghadapi rintangan dan kesulitan-kesulitan bermasyarakat dan bernegara.

Revolusi mental tentu tidak akan terlaksana jika hanya sebatas retorika atau seruan moral belaka. . Menyadari hal tersebut, pemerintahan Soekarno mencanangkan sejumlah program, seperti: hidup sederhana, gerakan kebersihan/kesehatan, gerakan pemberantasan buta-huruf, gerakan memassalkan gotong-royong, gerakan mendisiplikan dan mengefisienkan perusahaan dan jawatan negara, gerakan pembangunan rohani melalalui kegiatan keagamaan, dan penguatan kewaspadaan nasional.

Program gerakan hidup sederhana bukan hanya melulu soal gaya hidup sederhana dan hidup hemat, tetapi juga upaya menghentikan impor barang-barang kebutuhan hidup dari luar negeri, penghargaan terhadap produksi nasional, dan membangkitkan kesadaran berproduksi, seperti dikutip Berdikari Online.

Revolusi Mental ala Jokowi

Lantas bagaimana dengan Revolusi Mental di era pemerintahan Jokowi? Menurut Jokowi, revolusi mental dapat diartikan sebagai keharusan warga Indonesia untuk mengenal karakter orisinal bangsa.

Karakter asli bangsa Indonesia adalah sikap santun, berbudi pekerti, ramah, dan bergotong royong. Karakter ini merupakan modal penting yang seharusnya dapat mendorong rakyat untuk hidup sejahtera.

Perubahan karakter bangsa menjadi akar dari munculnya korupsi, kolusi, nepotisme, etos kerja tidak baik, bobroknya birokrasi, hingga ketidaksiplinan. Kondisi itu terjadi selama bertahun-tahun dan pada akhirnya hadir di setiap sendi bangsa.

"Oleh sebab itu, saya menawarkan ada sebuah revolusi mental," ujar Jokowi, seperti yang dirangkum oleh Kompas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline