Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Gula dan Garam adalah Nikmat yang Membawa Sengsara, Jika Kamu Terjebak Ini Solusinya!

Diperbarui: 30 Juli 2024   19:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menuangkan garam pada masakan/FB Isur Suryati

Saya pernah menjadi budak gula dan garam. Setiap hari, lidah saya merindukan sensasi asin yang menggelitik dan manis yang menempel di ujung lidah. Sebungkus keripik dengan taburan garam ekstra, segelas minuman bersoda manis, atau seporsi mie instan adalah teman setia saya. Tanpa sadar, saya telah terperangkap dalam lingkaran setan yang perlahan menggerogoti kesehatan saya.

Perut kembung, sering haus, dan badan terasa lelah adalah beberapa gejala yang sering saya alami. Awalnya, saya mengabaikannya. Namun, seiring berjalannya waktu, gejala-gejala tersebut semakin mengganggu aktivitas sehari-hari. Saya mulai mencari tahu penyebabnya dan betapa terkejutnya saya ketika mengetahui bahwa konsumsi gula dan garam berlebih dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan serius, mulai dari obesitas, diabetes, hingga penyakit jantung.

Untuk menggali lebih dalam mengenai dampak gula dan garam bagi kesehatan, saya mewawancarai dr. Rini Setiawan, seorang ahli gizi. Beliau menjelaskan bahwa gula dan garam memang dibutuhkan oleh tubuh, namun dalam jumlah yang tepat. Konsumsi berlebihan akan mengganggu keseimbangan elektrolit dalam tubuh, meningkatkan tekanan darah, dan mempercepat proses penuaan.

"Gula dan garam adalah bumbu penyedap yang membuat makanan menjadi lebih lezat. Namun, kita harus ingat bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik," tegas dr. Rini.

Manis dan Asin: Dua Sisi Mata Uang

Gula dan garam telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia sejak zaman purba. Gula memberikan energi instan yang dibutuhkan tubuh untuk beraktivitas, sedangkan garam berperan penting dalam mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh. Namun, seiring dengan perkembangan industri makanan, konsumsi gula dan garam semakin meningkat secara drastis.

Produsen makanan menambahkan gula dan garam dalam jumlah yang cukup banyak pada produk mereka untuk meningkatkan rasa dan daya tarik produk. Hal ini membuat kita semakin sulit untuk menghindari konsumsi gula dan garam berlebih. Padahal, tubuh kita sebenarnya tidak membutuhkan banyak gula dan garam.

Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, rata-rata konsumsi garam masyarakat Indonesia mencapai 15 gram per hari, jauh di atas rekomendasi WHO yang hanya 5 gram per hari. Sementara itu, konsumsi gula rata-rata mencapai 30 sendok teh per hari, sedangkan WHO merekomendasikan maksimal 6 sendok teh per hari.

Efek Negatif Konsumsi Gula Berlebihan

Konsumsi gula yang berlebihan dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Salah satunya adalah obesitas. Gula mengandung kalori yang tinggi, namun rendah nutrisi, sehingga mudah menyebabkan penambahan berat badan. Selain itu, gula dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2. 

Ketika kita mengonsumsi gula dalam jumlah banyak, kadar gula darah akan naik, dan tubuh akan memproduksi insulin untuk menurunkannya. Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, lama-kelamaan tubuh akan menjadi resisten terhadap insulin, yang akhirnya memicu diabetes.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline