Mengatasi Pelanggaran Siswa melalui Penerapan Segitiga Restitusi dalam Disiplin Positif
Pelanggaran siswa terhadap peraturan sekolah dapat memberikan dampak negatif pada lingkungan belajar. Artikel ini akan membahas berbagai bentuk pelanggaran, seperti terlambat datang, tidak mengenakan seragam, dan merokok di lingkungan sekolah.
Salah satu pendekatan yang efektif untuk mengatasi pelanggaran ini adalah melalui penerapan segitiga restitusi dalam disiplin positif.
Dengan fokus pada memahami kesalahan, tawaran bukan paksaan, dan mengembalikan siswa pada kelompoknya, metode ini dapat membantu siswa memahami konsekuensi tindakan mereka dan memperbaiki perilaku.
Sistem pendidikan memegang peran krusial dalam membentuk karakter dan perilaku siswa. Namun, tidak jarang kita menemui kasus pelanggaran siswa terhadap peraturan sekolah yang dapat merugikan lingkungan belajar.
Pelanggaran seperti terlambat datang, tidak mengenakan seragam, merokok di lingkungan sekolah, dan perilaku yang mengganggu keamanan dan ketertiban, dapat merusak kualitas pendidikan dan menciptakan lingkungan yang tidak kondusif untuk belajar.
Kisah Ibu Siti dalam mengatasi pelanggaran siswa
Di sebuah sekolah yang dikenal dengan atmosfer pendidikan yang positif dan inklusif, terdapat seorang guru yang menjadi pionir dalam mengatasi pelanggaran siswa melalui penerapan Segitiga Restitusi dalam Disiplin Positif.
Guru tersebut, Ibu Siti, adalah sosok pendidik yang memiliki visi untuk menciptakan lingkungan belajar yang tidak hanya memberikan sanksi, tetapi juga mengajarkan tanggung jawab dan pemahaman atas konsekuensi dari tindakan.
Ibu Siti memahami bahwa pendekatan tradisional terhadap disiplin seringkali tidak cukup efektif dalam memberikan pembelajaran kepada siswa.