Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2 Kompetensi Sosial Emosional Model 4C

Diperbarui: 17 November 2023   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2 | pexels.com

Modul 2.2 tentang Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) menjadi fokus refleksi mingguan saya, menyuguhkan topik yang tidak hanya menarik, tetapi juga sangat penting dalam konteks pendidikan. Model 4C (Connection, Challenge, Concept, Change), yang dikembangkan oleh Ritchhart, Church, dan Morrison pada tahun 2011, membawa panduan yang bermanfaat dalam merefleksikan materi pembelajaran. Berikut adalah catatan tugas saya sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 9, dalam Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.2. Ijin berbagi, ya.


Keterkaitan (Connection)


Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) memiliki hubungan yang erat dengan modul refleksi pemikiran Ki Hajar Dewantara, nilai dan peran guru penggerak, serta modul budaya positif. PSE mencakup aspek pengenalan dan manajemen emosi, komunikasi efektif, pembangunan hubungan sosial, dan peningkatan empati, sejalan dengan nilai-nilai pendidikan Ki Hajar Dewantara seperti keadilan, persamaan, dan kemerdekaan dalam belajar. Penerapan PSE membantu siswa memahami dan mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai seorang Calon Guru Penggerak, pemahaman mendalam tentang PSE memungkinkan peran yang lebih efektif dalam menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan holistik siswa, sesuai dengan nilai-nilai pendidikan yang dijunjung tinggi. PSE membantu siswa meningkatkan kesadaran diri, membangun hubungan positif, dan mengembangkan keterampilan sosial konstruktif.

PSE juga sejalan dengan modul budaya positif, mencakup penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah yang mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional. Keduanya saling mendukung dalam membangun budaya positif di lingkungan sekolah, fokus dari modul budaya positif. Dengan memahami keterkaitan ini, integrasi konsep PSE dengan nilai-nilai pendidikan, peran guru penggerak, dan modul budaya positif dapat dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang responsif budaya dan berfokus pada pembangunan hubungan dan komunitas.


Tantangan (Challenge)


Mempelajari dan menerapkan Kompetensi Sosial Emosional (PSE) melibatkan sejumlah tantangan yang perlu diperhatikan. Pengelolaan emosi menjadi salah satu tantangan utama, memerlukan kesadaran diri terhadap emosi, kemampuan mengelola emosi secara efektif, dan pemahaman terhadap dampak emosi pada perilaku dalam konteks pembelajaran.

Tantangan lainnya adalah mengintegrasikan PSE ke dalam praktik mengajar guru dan kurikulum akademik. Ini memerlukan pemahaman mendalam tentang cara menyelaraskan aspek sosial emosional ke dalam materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran.

Menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional juga merupakan tantangan. Proses ini melibatkan pembentukan lingkungan belajar yang responsif secara budaya dan berfokus pada usaha membangun hubungan dan komunitas.

Penguatan Keterampilan Sosial Emosional (KSE) bagi pendidik dan tenaga kependidikan merupakan tantangan lainnya. Guru perlu mengembangkan keterampilan sosial emosional mereka agar dapat menjadi teladan bagi siswa, membimbing mereka dalam mengembangkan kompetensi sosial dan emosional.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline