Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Festival Kopi Colol: Menyelami Budaya dan Adat Istiadat Masyarakat Kampung Biting, Manggarai Timur

Diperbarui: 5 Juli 2023   20:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Festival Kopi Colol 2023 (Tribun Flores)

Di Kampung Biting, UluWae, Colol, Manggarai Timur, kopi bukan sekadar minuman, melainkan telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat masyarakat. Festival Kopi Colol menjadi sorotan dalam memperlihatkan pentingnya kopi dalam kehidupan sehari-hari. 

Di acara ini, para bapak berkumpul di Rumah Gendang, memainkan gendang dan gong sambil menyanyikan syair yang mengisahkan sejarah kopi di daerah mereka. Sementara itu, para ibu menyuarakan lagu-lagu yang mencerminkan aspek-aspek kehidupan, seperti asmara, keluarga, harapan, dan kebahagiaan. Melalui artikel ini, kita akan menjelajahi apakah daerah lain juga memiliki tradisi yang erat kaitannya dengan pangan.

Festival Kopi Colol: Merayakan Kopi dalam Adat Istiadat

Festival Kopi Colol adalah sebuah perayaan yang luar biasa, membanggakan kehadiran kopi sebagai elemen yang tak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat di Kampung Biting, UluWae, Colol, Manggarai Timur. Perayaan ini menjadi waktu yang sangat penting untuk menghormati dan menunjukkan penghargaan pada kopi sebagai warisan budaya yang berharga.

Seperti dijelaskan oleh CNNindonesia.com, bahwa Rumah Gendang menjadi pusat kegiatan festival yang menakjubkan ini. Di lokasi yang istimewa ini, para bapak berkumpul dengan berbagai instrumen musik gendang dan gong yang indah. 

Dengungan meriah dan irama yang dibuat oleh musik ini menciptakan suasana meriah dan memukau, memberikan semangat dan semarak pada festival. Musik ini menjadi pengiring yang tidak terpisahkan dalam perayaan ini, mengisi udara dengan kehangatan dan kegembiraan.

Selama festival, syair-syair khas yang memukau dinyanyikan oleh para bapak, menceritakan sejarah panjang kopi di daerah ini. Melalui lirik-lirik puitis ini, keindahan dan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap cangkir kopi tercermin dengan megah. 

Sementara itu, para ibu melantunkan lagu-lagu yang menyoroti berbagai aspek kehidupan, seperti asmara, keluarga, harapan, dan kebahagiaan. Dalam harmoni suara mereka, mereka memperlihatkan betapa kopi telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari dan mampu menyatukan komunitas mereka.

Kopi sebagai warisan budaya dan sejarah

Kisahnya dimulai di Kampung Biting, UluWae, Colol, Manggarai Timur, tempat di mana kopi dianggap sebagai harta budaya dan sejarah yang tak ternilai. Kampung ini menjadi pintu gerbang bagi kita untuk menjelajahi asal-usul kopi dan menghargai peran yang penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat setempat.

Di tengah perbukitan yang subur, petani dengan semangat tinggi menanam pohon kopi. Mereka mengikuti adat istiadat turun-temurun dalam proses penanaman, mulai dari memilih biji yang berkualitas hingga menanamnya dengan hati-hati. Pohon-pohon kopi tumbuh megah, menciptakan pemandangan yang memukau di sekitar kampung.

Setelah bertahun-tahun menantikan, tiba saatnya untuk menuai hasil kerja keras mereka. Petani berkumpul dengan gembira untuk memetik biji kopi yang matang dengan penuh kehati-hatian. Setiap biji yang terpilih adalah hasil dari keahlian dan pengetahuan yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Proses panen diikuti oleh ritual khusus dalam pengolahan kopi. Petani menggiling biji kopi dengan cara tradisional menggunakan alat-alat yang telah ada sejak lama. Mereka mengolah biji-biji tersebut dengan penuh perhatian, memastikan setiap tahap dalam proses tersebut dilakukan dengan cermat. Di setiap gerakan terpancar kearifan dan penghormatan terhadap kopi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline