Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

10 Tradisi Masyarakat Sunda pada Bulan Ramadhan, Wajib Disimak Nih!

Diperbarui: 23 Maret 2023   05:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi berbuka puasa (Pexels.com/Rodnae Production)

Halo teman-teman! Bulan puasa sudah datang dan pasti ada banyak tradisi yang akan kita jumpai di sekitar kita. Kali ini, kita akan membahas tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Sunda selama bulan puasa. Ternyata, terdapat banyak hal menarik yang bisa kita pelajari dari tradisi-tradisi tersebut. Yuk, jangan sampai ketinggalan informasi dengan membaca artikel ini sampai selesai ya!

Ada berbagai cara yang perlu diketahui oleh umat Muslim (Islam) dalam menyambut dan merayakan bulan suci Ramadhan, dengan tradisi yang berbeda-beda di setiap daerah. Seperti halnya di Jawa Barat, masyarakat Sunda terkenal dengan beragam budaya dan tradisi yang dimilikinya.

Berikut adalah 10 tradisi masyarakat Sunda saat menyambut bulan suci Ramadhan, saya rangkumkan dari berbagai sumber:

Ngadulag 

Siapa sih yang tidak kenal dengan tradisi yang satu ini? Ngadulag. Ya awalnya doi berasal dari tradisi masyarakat desa di Jawa Barat yang sederhana untuk menghidupkan suasana malam Ramadan. Namun, seiring berjalannya waktu, tradisi tersebut terus berkembang dan diadopsi untuk memeriahkan malam takbiran. 

Finally, ngadulag menjadi salah satu tradisi yang sangat populer di kalangan masyarakat Sunda saat bulan Ramadan tiba. Tradisi ini telah diwarisi secara turun-temurun dari nenek moyang mereka dan umumnya dilakukan untuk meramaikan suasana malam Ramadan dan malam takbiran. 

Ngadulag sendiri adalah kegiatan memainkan bedug dengan pola tertentu di masjid atau rumah warga. Di beberapa daerah, tradisi ngadulag juga diiringi dengan dentuman meriam karbit dari bambu dan bunyi kohkol. Selama berabad-abad, tradisi ngadulag terus berkembang dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Sunda di wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.

Tradisi ini menjadi populer di beberapa wilayah di Jawa Barat seperti Cimenyan, Kabupaten Bandung, Sukabumi, dan sebagian wilayah Banten. Yang menarik, para penabuh yang kebanyakan adalah pemuda, akan memainkan bedug dengan pola tertentu yang sarat dengan pesan-pesan kebaikan.

Nyadran atau Nyekar 

Nyadran atau nadran adalah salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Awalnya berasal dari bahasa Sanskerta "Sraddha" yang berarti keyakinan, tradisi Nyadran kemudian berkembang menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya. 

Tradisi ini dilakukan pada bulan Ruwah atau bulan Sya'ban (Kalender Hijriyah) untuk mengucapkan rasa syukur secara kolektif dengan mengunjungi makam atau kuburan leluhur yang ada di suatu kelurahan atau desa. Tradisi Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia dan sebagai sarana melestrikan budaya gotong royong dalam masyarakat serta menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama). 

Kegiatan Nyadran terdiri dari beberapa tahapan, seperti besik (pembersihan makam leluhur), kirab (arak-arakan menuju tempat upacara adat), ujub (penjelasan maksud upacara oleh pemangku adat), doa bersama, dan kembul bujono (makan bersama). Nilai-nilai sosial budaya seperti gotong royong, pengorbanan, ekonomi, menjalin silaturahmi, dan saling berbagi antar masyarakat sangat kental dalam tradisi Nyadran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline