Yoi, Gengs! kehadiran generasi Z di dunia kerja makin lama makin dekat. Mereka bakal jadi pemain kunci di pasar tenaga kerja nih. Makanya, perusahaan harus mulai mempersiapkan diri supaya bisa nyambut mereka dengan hangat. Tapi, persiapannya nggak cuma soal teknologi dan platform digital doang. Ada beberapa persiapan lain yang mesti dipikirkan biar bisa dapat talenta dari kalangan generasi Z. Yuk, kita simak apa aja yang mesti dipersiapkan!
Menjadi sebuah keniscayaan, bahwa dunia kerja akan mendapatkan pendatang baru dari generasi yang berbeda. Perusahaan yang sedang mencoba menerima dan mengolah ide segar dari generasi Y, sebentar lagi akan dikejutkan dengan kehadiran generasi Z.
Kusuma, A. W., & Sukmono, R. dalam buku mereka yang berjudul Profil Karakteristik Generasi Z di Indonesia, dijelaskan bahwa generasi Z adalah generasi yang lahir setelah tahun 1997 dan telah menjadi bagian penting dari pasar tenaga kerja.
Tentu saja, mereka memiliki karakteristik yang berbeda dari generasi sebelumnya, sehingga perusahaan harus mempersiapkan strategi untuk menarik dan mempertahankan talenta dari kalangan generasi Z. Secara statistik, saat ini rata-rata tenaga kerja aktif yang ada di perusahaan berasal dari tiga generasi.
Mereka secara bersama-sama berada di satu tempat pekerjaan yang sama, yaitu generasi Baby Boomers, generasi X, dan generasi Y. Seiring berjalannya waktu, akan terjadi pergeseran generasi Baby Boomers yang mulai memasuki masa pensiun dengan generasi Z yang mulai masuk ke dunia profesional.
Perusahaan harus paham karakteristik generasi z
Kita semua tentu sudah tahu, jika generasi Z cenderung dicap jelek oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena persepsi yang tidak akurat dan stereotip yang sering melekat pada mereka. Beberapa faktor yang berkontribusi pada persepsi ini antara lain perbedaan nilai dan pola pikir antara generasi Z dengan generasi sebelumnya, serta peran teknologi yang sangat besar dalam kehidupan mereka.
Generasi z acap disebut sebagai generasi ‘berandal yang narsistik’ dan ‘generasi yang terobsesi oleh self-branding’. Dalam interviewnya yang menjadi viral di Inside Quest, Simon Sinek on Millennials in the Workplace menjelaskan mengenai bagaimana generasi Z sangat terekspos oleh zat Dopamine, yaitu zat biokimia yang diproduksi oleh otak untuk rangsangan yang menyenangkan.
Bila kamu penasaran bisa klik link berikut https://www.youtube.com/watch?v=hER0Qp6QJNU
Konektivitas mereka terhadap internet dan media sosial menjadi tak terbatas. Oleh karena itu, pengaruh buruknya dari hal tersebut menyebabkan banyak generasi Z menjadi ‘pecandu’ zat Dopamine, zat yang sama yang diproduksi otak saat menerima rangsangan narkotika dan minuman keras. Bukan berarti mereka pecandu, ya. Tapi, zat dopamine dari media sosial membuat generasi z seperti kecanduan selfish dan popularitas.
Zat dopamine ini pun, ternyata secara dramatis diproduksi oleh otak saat menerima balasan ‘chat’ dan ‘like’ di Facebook atau Instagram yang begitu dinanti-nantikan oleh mereka.
Belum lagi ditambah dengan gaya hidup instan yang sudah mendarah daging pada generasi Z, sehingga mayoritas generasi ini tidak tahu bagaimana caranya bertahan dalam kondisi kerja yang ‘tidak sesuai harapan’ atau ‘tidak sesuai dengan passion’ mereka.
Haruskah perusahaan menyambut hangat tenaga kerja yang berasal dari generasi z?
Dalam era yang semakin maju dan berkembang seperti sekarang, perusahaan tentu ingin selalu berada di garis depan. Generasi Z, meskipun sering dicap sebagai generasi yang sulit diatur dan terobsesi dengan teknologi, sebenarnya memiliki potensi besar untuk berkembang dan memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.
Dengan memahami karakteristik dan nilai-nilai generasi Z, perusahaan bisa menyesuaikan strategi dan taktik mereka dalam merekrut, memotivasi, dan mempertahankan generasi muda ini. Sehingga, bukan hanya perusahaan yang mendapatkan manfaatnya, tetapi generasi Z juga bisa merasa dihargai dan berkembang di lingkungan kerja yang sesuai dengan harapan mereka.
Pardede, R. dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Expectations of Generation Z in Entering the World of Work. Journal of Business and Management menjelaskan sebuah fakta yang mencengangkan. Bahwa sebuah penelitian di Slovakia, pada 237 mahasiswa yang menjadi responden, termasuk generasi Z disurvei dan ditanya mengenai ekspektasi mereka dalam dunia kerja.
Hasil dari penelitian tersebut menegaskan bahwa jika generasi Y adalah generasi yang berorientasi pada masa depan, maka generasi Z tumbuh menjadi generasi yang lebih realistis atau berorientasi pada masa sekarang. Seiring meleburnya generasi Z menjadi karyawan full time, perusahaan perlu beradaptasi dengan harapan karir mereka agar dapat menarik calon kandidat talent pool masa depan dari generasi ini.