Saat menulis sebuah artikel, biasanya kita akan terkendala dengan masalah Writer Block (WB) alias pikiran terasa mandeg, seperti kehabisan ide, buntu tidak tahu apa yang harus ditulis, harus menulis tentang apa. Bahkan, saat sudah menemukan sebuah ide atau judul tulisan sekalipun. Entah mengapa, tulisan itu tidak kunjung menjelma menjadi sebuah artikel. Hanya judul saja, dan mandeg di situ hingga berhari-hari, minggu, bahkan berbulan-bulan lamanya.
Jika anda memiliki masalah seperti tersebut di atas. Maka, tenang saja karena Anda tidak sendirian. Hampir 90 persen penulis, baik penulis pemula maupun penulis sekelas J.K. Rowling sekalipun pernah lho, mengalami writer's block. Oleh karena itu, berikut saya bagaikan rumus menulis artikel anti writer block ala saya.
Rumus Menulis Artikel ala saya
Hai guys! inilah lima poin penting rumus menulis artikel ala saya yang terbukti ampuh dan mudah untuk dipraktekan. Bahkan, oleh penulis yang baru mulai akan menulis. Rumus menulis ini dapat diaplikasikan, setelah kita menemukan sebuah ide atau tema yang akan kita tulis. Pada umumnya, setelah menemukan tema, kita akan menjabarkan tema tersebut menjadi sebuah judul. Umpama, tema yang kita ambil adalah Latto-Latto sebagai mainan yang sedang viral akhir-akhir ini. Maka, kita bisa mengambil satu sudut pandang saja yang akan dijadikan sebagai judul, misalnya : Bahaya Latto-Latto dan Manfaat yang Besar di Balik Viralnya Mainan ini.
1. Story
Pada paragraf pertama, kita tidak lagi harus bingung tentang apa yang harus kita tulis. Story atau cerita merupakan narasi atau kisahan yang bisa kita tulis untuk memulai artikel kita. Tuliskan saja apa yang kamu lihat, dengar, dan rasakan tentang fenomena latto-latto yang sedang marak saat ini.
Kamu bisa mulai menulis dengan kalimat:
" Anto seorang pelajar sekolah menengah pertama, saat ini ia duduk di kelas 8. Seiring dengan viralnya mainan latto-latto di nusantara. Anto pun tidak ketinggalan, ia bersama beberapa orang temannya bahkan nekad membawa mainan tersebut ke sekolah. Padahal, beberapa kali Anto diingatkan oleh Ibu/Bapa Guru agar menyimpan mainan tersebut di rumah saja, jangan dibawa dan dimainkan di sekolah. Namun, Anto dan beberapa temannya tidak mendengar saran tersebut. Mereka tetap saja membawa serta mainan tersebut di tas. Pada saat istirahat, mereka pun memainkannya. Dan, akhirnya kejadian yang tidak diinginkan pun datang. Mainan tersebut membentur mata Anto dengan sangat keras, hingga matanya bengkak, berdarah, dan tidak bisa dibuka."
Kita bisa menuliskan narasi pada paragraf pertama hingga paragraf ketiga. Itu sudah lebih dari cukup, karena bila terlalu banyak melebihi tiga paragraf. Maka, artikel kita akan kehilangan esensi kebermanfaatannya. Alih-alih menjadi sebuah tulisan yang berbobot, malah akan seperti cerita pendek atau pentigraf (Cerpen tiga paragraf).
Narasi digunakan sebagai pembuka artikel, bukan tanpa maksud dan tujuan. Hal ini memiliki manfaat dalam memberikan pemahaman kepada pembaca, agar mereka mencerna masalah yang akan diberikan di dalam artikel diawali dari hal yang mudah terlebih dahulu, yakni melalui cerita, contoh peristiwa dalam kehidupan nyata, dan ilustrasi yang ringan. Sehingga, pembaca dengan pemahaman yang sangat lambat sekalipun akan mudah mengerti.
2. Why
Pada paragraf selanjutnya, setelah narasi. Mungkin paragraf keempat dan seterusnya, kita dapat memaparkan tentang Why, mengapa? yakni faktor penyebab atau alasan yang melatarbelakangi mengapa Anto dan beberapa temannya membawa mainan Latto-Latto ke sekolah. Dalam menjabarkan hal ini, kita harus berpikir, dan menemukan alasannya. Bila sudah dipikirkan, namun tidak juga ketemu alasannya. Kita bisa juga dengan googling.
Kamu bisa menuliskan kalimat berikut, untuk paragraf setelah narasi :