Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Menyoal Utang-piutang sebagai Salah Satu Contoh Hablum Minannas

Diperbarui: 20 April 2022   06:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi utang-piutang |Republika.com

Bila kita mau mendata apa saja kegiatan yang termasuk contoh hablum minannas. Maka, akan tertulis dan terkumpul banyak sekali dalam catatan kita tersebut. Itu sungguh wajar dan normal saja. 

Mengingat setiap apa yang kita lakukan di dunia ini, tidak dapat terlepas dari interaksi dengan orang lain. 

Bahwa kodrat manusia sebagai homo socius, dalam setiap gerak kehidupannya tidak bisa dilakukan sendiri. Senantiasa membutuhkan orang lain dalam aktivitasnya. 

Karena, ia merupakan anggota masyarakat dan bagian dari masyarakat. Kedua, manusia sebagai homo economicus, bahwa manusia selalu berpikir dan berupaya untuk memenuhi kebutuhannya semaksimal mungkin melalui sumber daya yang tersedia.

Dalam tulisan ini, saya akan membahas sedikit saja contoh kegiatan hablum minannas. Terkait masalah yang saat ini, banyak dilakukan oleh mayoritas masyarakat. 

Kegiatan tersebut adalah soal utang-piutang. Hal ini penting untuk dibicarakan, karena masalah ini bila tidak selesai dengan tuntas di dunia. 

Maka, dampaknya akan terbawa hingga ke akhirat. Wah, ngeri ya. Sebisa-bisa kita sebagai umat Islam yang bijak. 

Semua masalah di dunia dapat secara tunai dituntaskan di dunia. Sehingga yang terbawa ke akhirat tinggal pahalanya saja, bukan urusan muamalat yang akan menghambat urusan kita di sana. Termasuk utang-piutang.

Sebelum masuk ke dalam bahasan, ada beberapa istilah yang harus kita pahami bersama. Agar tidak salah tafsir. Pertama, Hutang adalah saat kita meminjam uang kepada orang lain. Maka, pinjaman tersebut adalah hutang yang harus kita bayar pada waktu yang lain. 

Dalam rumus akuntansi hutang diberi label K (kredit). Kedua, piutang adalah aset yang kita pinjamkan kepada orang lain, dalam jangka waktu tertentu aset tersebut akan kembali kepada kita, sesuai dengan kesepakatan tentunya. Rumus piutang dalam ilmu akuntansi adalah D (Debit).

Hutang  atau meminjam adalah sumber dana alternatif saat krisis keuangan

Data menunjukkan bahwa ada beragam alternatif yang dipilih oleh masyarakat, saat kesulitan keuangan. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini. Krisis finansial hampir merata dialami oleh semua orang. 

Tidak hanya masyarakat yang berpenghasilan rendah. Namun, juga merambah ke masyarakat menengah dan atas. Bahkan, kesulitan finansial yang mereka alami lebih pelik lagi. 

Bila masyarakat miskin, dengan kondisi seperti tersebut. Mudah bagi mereka untuk mendapatkan bantuan sosial. Baik dari lingkungan sekitar, maupun dari pemerintah. Sehingga, kekurangan finansial tersebut dapat secepatnya mendapatkan solusi. Berbeda dengan masyarakat menengah ke atas. Mereka secara lahiriah, tampak berkecukupan. Tinggal di rumah mewah, kendaraan terparkir mentereng di garasi, di rumahnya ada asisten rumah tangga (ART). 

Jika, mereka mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), perusahaannya gulung tikar, dan bisnisnya merugi. Maka, sebenarnya masyarakat kalangan menengah ini bisa lebih menderita dari yang pertama. Karena, ada beban cicilan rumah, mobil, bayar gaji karyawan, dan biaya hidup yang besar setiap bulannya. 

Sedangkan untuk mengharapkan bantuan dari pemerintah, rasanya tidak etis. Karena, secara kasat mata memiliki semua hal yang termasuk kategori berkecukupan.

Berikut adalah grafik tentang beragam sumber dana yang dipilih oleh masyarakat saat krisis keuangan. 

Berdasarkan data dari hasil jajak pendapat Litbang Kompas, diperoleh hasil bahwa salah satu alternatif sumber dana yang paling banyak diminati, sebesar 26,5 persen responden memilih untuk melakukan transaksi peminjaman kepada keluarga terdekat. Meliputi : orang tua, pasangan, anak, kakak, adik, dan lain-lain. 

databoks.katadata.com

Sumber dana kedua, masih seputar pinjam meminjam, nih. Bila di lingkungan keluarga tidak berhasil mendapatkan pinjaman. Maka, peminjaman mulai menyasar lingkungan terdekat, namun tidak ada kaitan keluarga kandung. 

Umpama, teman, kerabat, dan saudara. Alternatif ketiga, yakni meminjam ke tetangga. Hubungan persaudaraan agak jauh. Namun, secara hubungan sosial dan tempat tinggal sangat dekat.

Hadits tentang memberi pinjaman atau piutang

Memberi pinjaman atau piutang dan meminjam atau berhutang merupakan kegiatan yang terjadi dalam hubungan sosial manusia. Sungguh, ada aturan yang indah yang diajarkan Islam terkait dua kegiatan muamalah ini. 

Dilansir dari Republika.com, Ustadz Muhammad Abdul Wahab Lc -Penulis buku Berilmu sebelum Berhutang menjelaskan tentang pahala yang akan didapat jika kita memberi utang.

Pertama, ketika kita memberikan uang kita sebagai pinjaman kepada orang yang membutuhkan. Maka,  hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa, bila kita meminjamkan sejumlah uang selama dua kali kepada orang yang membutuhkan. 

Maka, ada pahala sedekah bagi meminjamkan yang kedua kalinya tersebut.

Berdasarkan hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa, sedekah lebih besar pahalanya dari pada meminjamkan uang (piutang). Karena, ketika kita bersedekah, hal tersebut dilakukan dengan ikhlas tanpa berharap pengembalian. 

Sedangkan saat meminjamkan, maka pihak yang memberi pinjaman akan berharap si peminjam akan mengembalikan harta tersebut di lain waktu.

Berikut adalah hadits lainnya yang menjelaskan tentang pahala memberikan pinjaman (piutang).

Anas bin Malik berkata bahwa Rasulullah bersabda, aku melihat pada waktu malam di-isra-kan, pada pintu surga tertulis, sedekah dibalas sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, wahai Jibril, mengapa Qardh lebih utama dari sedekah? ia menjawab, karena peminta-minta sesuatu, padahal ia punya, sedangkan yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan. (HR.Ibnu Majjah)

Berdasarkan hadits tersebut, Ustadz Abdul Wahab menjelaskan bahwa memberikan pinjaman kepada orang yang benar-benar sedang membutuhkan pahalanya lebih besar dari sedekah. Karena, orang yang meminjam pada umumnya saat mereka benar-benar kepepet dan sangat membutuhkan. Jika kita memberikan pinjaman. Maka, penggunaan dana tersebut akan bernilai manfaat.

Berbeda dengan peminta-minta. Apalagi di jaman sekarang ini. Terkadang meminta atau mengemis dijadikan sebagai lahan usaha. Sebagai sebuah pekerjaan. Jika kita memberikan uang kepada mereka. Meski kecil saja jumlahnya. Bisa jadi akan ada dampak negatif yang ditimbulkan. Umpama, kita ikut andil dalam mendukung kegiatan mereka.

Karena, ketika mereka merasa bahwa ada jalan mudah dalam mencari uang, yaitu dengan mengemis dan meminta-minta di jalanan. Apalagi jika pendapatan mereka setiap harinya lumayan besar. Maka, bukan tidak mungkin mereka merasa keasyikan. Tidak mau mencari pekerjaan lain yang lebih berharga. 

Lalu, mereka mengajak saudara dan tetangganya di kampung untuk mengikuti jejaknya. Maka, dapat dipastikan. Langkah kita memberi uang recehan kepada mereka tersebut akan semakin menciptakan maraknya orang-orang menjadi peminta-minta.

Dampak melalaikan pembayaran hutang

Disebut hutang tatkala kita meminjam sejumlah dana, baik dalam bentuk tunai maupun surat berharga kepada orang lain. Pinjaman atau hutang hukumnya wajib untuk dikembalikan sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati. Sebagai pihak peminjam, seyogyanya kita harus bersyukur ada orang yang mau meminjamkan uangnya kepada kita. 

Tentu saja, saat meminjamkan orang tersebut memiliki unsur percaya kepada kita. Percaya bahwa kita orang yang jujur, tidak akan menipunya, dan akan mengembalikan uang yang dipinjam tersebut sesuai akad. Sebagai peminjam kita juga harus paham bahwa ketika seseorang memberikan dananya untuk dipinjam. 

Dalam hal itu ada unsur kasih sayang juga. Bagaimana dia merasa ingin membantu saat kita kesulitan finansial. 

Oleh karena itu, maka mengembalikan pinjaman secara tepat waktu adalah bentuk apresiasi atas unsur kepercayaan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada kita oleh orang yang meminjamkan tersebut.

Ternyata, saat kita melalaikan pembayaran hutang, ada beberapa dampak mengerikan yang akan kita hadapi. Bukan saja di dunia, dampak dari hutang tersebut, bisa terbawa juga hingga ke akhirat lho. Jadi, jangan main-main, ya. Hutang sekecil apapun jumlahnya. Jika akad pertamanya meminjam atau berhutang. Maka, wajib dibayar.

Berikut adalah beberapa kerugian yang akan kita hadapi, saat melalaikan membayar hutang, apalagi jika berniat tidak akan membayarnya.

Pertama, saat di dunia kita akan dikejar-kejar oleh penagih hutang. Menjadikan hidup tidak tenang, malu oleh orang lain, jadi bahan gunjingan, dan bila si peminjam tidak ridlo dan tidak sabar serta ada indikasi penipuan. Maka, kita juga akan menghadapi jeratan pidana. Hasil akhirnya tentu saja di penjara.

Kedua, Allah akan menghancurkan kehidupan orang tersebut. Baik kehidupan di dunia, maupun di akhirat.

Barang siapa yang mengambil harta manusia, dengan niat ingin menghancurkannya. Maka Allah juga akan menghancurkan dirinya. (HR. Bukhari dan Ibnu Majjah)


Ketiga, dosanya tidak akan diampuni. Bahkan, ketika mati syahid sekalipun.

Semua dosa orang yang mati syahid akan diampuni kecuali dosa hutang. (HR. Muslim)

Keempat, jika kita meninggal dalam keadaan masih berutang. Maka, hutang tersebut akan dilunasi dengan amal kebaikan kita.

Barang siapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham, maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena disana tidak ada lagi dinar dan dirham. (HR. Ibnu Majjah)


Wah, mengerikan sekali ya dampaknya, jangka panjang. Dari mulai dunia hingga ke akhirat. Jadi, kalau hidup kita terus saja dihantui hutang. Kapan akan bahagianya, ya. Di dunia sengsara dikejar-kejar penagih hutang. Di akhirat, masih saja ditagih harus dibayar dengan amalan kita yang mungkin tidak seberapa. 

Bagaimana jika amal kita hanya sedikit. Lalu, lebih banyak hutang yang harus dibayar. Mungkin kita akan bangkrut di akhirat. Bangkrut di dunia saja, ngerinya luar biasa. Apalagi, jika bangkrut di akhirat. Naudzubillahi min dzalika. 

Oleh karena itu, dalam membina hubungan hablum minannas yang baik. Apalagi di bulan Ramadhan ini. Maka, hati-hati dan bijaklah dalam berhutang. Jangan mudah tergoda dengan segala kemudahan, fasilitas, dan aplikasi keuangan yang ditawarkan terkait kemudahan berutang. 

Ingat akan dampaknya. Bergayalah sesuai kemampuan kita. Selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Semoga puasa kita diterima oleh Allah SWT. Aamiin yra. (*)


#Samber thr

#Samber 2022 hari 7

#Hablum minannas

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline