Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Jika Memutuskan Tidak Ikut SBMPTN 2022, Apa Pilihan Kamu?

Diperbarui: 23 Maret 2022   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siswa SMA Hang Tuah 1 Surabaya bersiap mengikuti Hari pertama Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di Surabaya. Foto: Kompas.com/Bahana Patria Gupta

Tidak semua lulusan SMA mengikuti SBMPTN 2022, dan melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Ada beberapa diantara mereka, bahkan mungkin banyak, jika dilakukan pendataan, yang memutuskan untuk tidak ikut SBMPTN.

 Ada alasan yang patut diapresiasi di balik keputusan tersebut. 

Seperti dilansir dari databoks.katadata.co.id, bahwa tingkat penyelesaian jenjang SMA masih sangat rendah dibanding jenjang SMP dan SD. 

Badan Pusat Statistik (BPS) memperoleh data jika penyelesaian sekolah jenjang SMA pada 2020 saja, berkisar antara 63,95% artinya persentase tersebut lebih rendah dibandingkan jenjang SMP yang mencapai 87,89 %, dan jenjang SD lebih tinggi lagi persentasenya, yakni 96 %.

Hal tersebut mungkin disebabkan karena SD dan SMP didukung oleh program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun. Berbeda dengan jenjang SMA, meskipun sudah ada program rintisan wajib belajar 12 tahun, melalui Permendikbud No. 19 tahun 2016 dalam program Indonesia Pintar. Namun demikian, gaungnya masih belum terekam jelas dalam data di biro pusat statistik.

sumber: databoks.katadata.co.id ini kris

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan jika tingkat penyelesaian sekolah jenjang SMA lebih kecil dibanding jenjang-jenjang lainnya, yakni SD dan SMP. Tentu saja, ada beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Sehingga hal tersebut, nantinya akan berpengaruh juga pada tingkat keikutsertaan SBMPTN dan penyelesaian jenjang kuliah di perguruan tinggi.

Apa saja hal-hal yang menjadi alasan, mengapa lulusan SMA memutuskan untuk tidak mengikuti SBMPTN?

Faktor kemiskinan 

Terdengar kliseu, ya. Tapi, itulah faktanya. Bagaimana berpikir untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Jika, untuk makan sehari-hari saja kesulitan. Pendidikan bagi masyarakat kurang mampu, hanya menjadi mimpi indah di kala tidur. Karena, ya masalah ini terjadi jalin kelindan, bagai lingkaran setan. Entah, di mana kan berakhir. Kemiskinan menciptakan tingkat pendidikan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan kemiskinan. Terus saja begitu, bagaimana masyarakat kurang mampu akan dapat meningkatkan derajat kehidupannya?

Meskipun, orang yang dapat mengenyam pendidikan di universitas juga tidak dijamin untuk kaya dan sukses. Pada beberapa kasus, banyak juga sebenarnya masyarakat kurang mampu yang bisa menaikkan taraf kehidupannya. Walau tanpa harus mengenyam pendidikan tinggi. Bagaimana caranya? keuletan, kerja keras, mau meng-upgrade diri, belajar dari orang-orang yang sukses, dan mau berubah ke arah yang lebih baik adalah cara yang dapat ditempuh untuk menaikkan kualitas diri dan ekonomi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline