Waktu memberiku jeda untuk mengganti perban
Dari luka-luka yang bernanah dilahap usia
Pada masa yang selalu beringas lalu siap memangsa
Setiap sakit yang muncul dan meminta tuk dibalut
Dalam merah yang tersisa dari kuntum bunga
Kayu-kayu rapuh dalam jambangan menunggu rubuh
Semua warna yang kau punya kini habis dilapal senja
Angka-angka dalam bejana pun luruh secara bergantian
Sakit itu menjelma sekat-sekat pada lelah
Kecewa menyetubuhi kalimat perintah dan tanda baca
Di sepanjang jalan yang penuh kenangan
Ada kesetiaan yang luruh dan tak sadarkan diri
Hujan hari ini penuhi bejana dengan darah
Menumbuhkan puisi-puisi di atas gundukan sesal
Kemalangan-kemalangan dalam cita
Serupa mata-mata yang kehilangan api
Hari itu aku lihat wajah-wajah yang pucat
Meninggalkan kelam asa pada dadanya
Pohon-pohon rindu yang pernah kita tanam
Tidak memiliki banyak waktu untuk tumbuh
Di halaman gedung kesombongan yang bertingkat
Ku lihat sakit merintih dan isak beriba-iba
Menyayat dada-dada yang kekal dalam taman bunga
Seperti sakit yang lupa menziarahi luka-lukanya
Sumedang, 11 Februari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H