Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Sepi yang Terbebas

Diperbarui: 23 Januari 2022   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi sepi yang terbebas | bola.com

Dia diam melipat seribu kalimat di mulutnya
Hanya titik dan koma ia julurkan pada keriap kisah semesta
Senyum sembunyi dengan rahasia dalam setiap kerdipan netra
Apalagi empati dia buang jauh-jauh dari perbendaharaan kata di hidupnya

Sepi singgah di nyenyak kesabaran
Tawarkan riuh suara tabuh dari ceruk kesunyian
Aku menyambutnya dengan tinju kemenangan
Karena kini sepiku akan merdeka penuh kebebasan

Aku bosan berbicara dalam hati
Sesekali ingin ku berteriak dan kusuarakan kisah nurani
Meski mulutmu terkatup dan senyummu menepi
Aku tak bergeming dan tetap akan pergi

Wajahmu muram bertabur sendu
Saat ku ucapkan pamit pada keras kepala di pinggir ego-mu
Maap aku sudah selesai dengan masa lalu kataku
Kau membisu kulihat bening menetes di jantungmu

Aku juga ingin bahagia dan merdeka
Tanpa teriakan dan kata-kata perintah yang menyiksa
Jika terus bersama sepi yang merantai jiwa raga
Jantungku sebentar lagi kan berhenti tuk menyala

Kini matahari dan dunia merangkulku
Mendekap dalam keriap euphoria yang kelu
Aku keluarkan semua kekayaan jiwa yang terbelenggu
Hari ini sepiku bebas nikmati seribu lampu

Sumedang, 23 Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline