Hari ini kita semua tengah 'demam' Metaverse. Badan terasa panas dingin dengan istilah-istilah 'kesepian' di tahun 2045. Paparan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam webinar Mid Year Economic Outlook 2021 benar-benar telah menyihir sebagian besar masyarakat Indonesia. Beberapa respon, reaksi, dan tanggapan beragam terkait paparan tersebut bermunculan.
Apa saja isi paparan tersebut
Tentu di balik beragam tanggapan, reaksi, dan kekhawatiran tersebut. Bukan tidak mungkin, ada yang masih bertanya-tanya. Apa saja hal yang dipaparkan oleh Menteri Keuangan andalan kabinet presiden Jokowi ini. Oleh karena itu, berikut akan saya rangkumkan.
Pertama, Sri Mulyani merasa khawatir jika di tahun 2045 akan banyak orang yang merasa kesepian. Mengapa? Kok bisa kesepian. Padahal, kan ada keluarga, rekan kerja, komunitas, dan berbagai grup. Itu mungkin pertanyaan yang terbersit dalam benak kita.
Sri Mulyani menjelaskan, nanti di tahun 2045 ada orang-orang yang tidak bisa masuk ke dunia virtual 3 dimensi. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab orang tidak dapat masuk ke dunia virtual tersebut. Salah satunya adalah yang terkendala dengan penguasaan teknologi alias 'gaptek' atau gagap teknologi.
Mereka keluar dari dunia realitas, sebab dunia saat itu telah beralih ke dunia digital. Semua lini kehidupan saat itu akan sudah terdigitalisasi. Jika kita menampiknya dan tidak berusaha beradaptasi. Maka kita akan merasa kesepian. Dalam dunia realitas tidak ada teman, di dunia virtual kemudian tidak dapat terlibat sepenuhnya. So, kita berteman angin malam saja, ya.
Kedua, Pada tahun 2045 secara demografi penduduk Indonesia akan didominasi oleh kelompok muda, penduduk dengan usia di bawah 40 tahun dan di bawah 20 tahun. Saat itu penduduk Indonesia sebagian besar akan tinggal di daerah urban atau kota kecil yang dihuni oleh orang-orang urban.
Artinya, penduduk yang menetap di kota tersebut berasal dari daerah-daerah. Mereka datang dan menetap di kota tersebut dengan alasan pekerjaan. Mobilitas penduduk pada saat itu akan semakin meningkat.
Kabar baiknya, pendapatan perkapita negara kita juga akan semakin meningkat. Dalam hal ini, menjadi suatu keuntungan sekaligus tantangan besar bagi pemerintahan saat itu.
Banyaknya usia produktif sebagai modal dasar peningkatan sumber daya manusia, maka apabila pemerintah dapat melihatnya sebagai peluang untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi negara. Tentu saja, akan terjadi peningkatan yang signifikan di berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara.