Lihat ke Halaman Asli

Isur Suryati

TERVERIFIKASI

Menulis adalah mental healing terbaik

Kisah Sebait Kidung

Diperbarui: 8 Januari 2022   21:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sebait kidung |Dok. Pribadi

I

Belum selesai kata-kata itu mengucapkan mantra

Titik dan koma masih melangkah dengan tegap

Tanda seru mengejarmu dan mengaduh karena terjatuh

Sedangkan tanya kau simpan dalam dada

Kertas hidupmu terselip di lembaran terakhir cerita


II

Penamu tampak meragu di bait pertama

Ada apa? bukankah kau tadinya begitu yakin

Kisah seperti apakah yang akan kau tulis di sana

Tentang sebuah rasa yang baru saja tiba

Namun, entah mengapa bersama angin dia berlalu dan pergi


III

Aku ajukan tanya dalam diam-mu

Ingin ku selami dalamnya telaga yang terpantul dalam mata itu

Apakah rasa itu adalah sebuah penyesalan

Ataukah sekedar pelampiasan karena kidungmu tidak selesai

Entahlah, aku hanya berharap angin akan membawa rasa itu kembali


IV

Sebait kidung itu kini jadi kisahku

Tinggalkan sebuah rasa tak bertuan dalam kotak sepi

Aku tidak pernah mempersilahkan dia masuk

Kisahku ku anggap sudah selesai dalam sebait itu

Aku tidak mau kidungku seperti kidungmu


V

Aku masih menulis huruf demi huruf dalam baitku

kau datang membawa titik, koma, dan tanda tanya

Tawarkan sebait kidungmu yang tidak pernah selesai

Maaf kataku, kertasku sudah penuh sesak dengan cinta

Aku tidak butuh lagi rasa yang lain ; selain cintai diriku


Sumedang, Januari 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline