Lihat ke Halaman Asli

Musafir

Pegiat Literasi

Cinta Gadis yang Karam: Derita Perhatian di Balik Senja

Diperbarui: 26 Desember 2023   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menyisakan warna jingga yang merona di langit senja. Aku duduk di tepi danau yang tenang, memandangi air yang memantulkan keindahan langit. Di sisiku, ada seorang gadis yang selalu membuat hatiku berdebar-debar, namun entah mengapa, aku merasa perlu memberi tahu padanya bahwa perhatian tak pernah menjadi hal utama dalam hidupku.

"Gadis pujaan hati," ucapku pelan, "aku ingin kau tahu bahwa aku tak perlu perhatianmu. Aku sudah terbiasa sendiri, seperti batu karang yang tegar di tepi pantai ini."

Dia menoleh padaku dengan ekspresi campuran antara keheranan dan penasaran. Sinar senja menyinari wajahnya yang memesona, seakan memberikan keanggunan ekstra pada setiap senyumnya.

"Aku percaya, jika Tuhan itu baik, Dia akan memberikan umur yang panjang. Dan bagiku, itu sudah cukup. Aku tak membutuhkan banyak hal, termasuk perhatian dari orang lain," tambahku, mencoba menjelaskan lebih lanjut.

Gadis itu menatapku dengan mata yang penuh makna. "Tapi mengapa, sayang? Apakah kau tidak ingin memiliki seseorang yang selalu peduli padamu, yang hadir di setiap langkah hidupmu?"

Aku tersenyum, mencoba menjelaskan pemikiranku yang mungkin terdengar aneh. "Aku percaya cinta itu lebih dari sekadar perhatian. Cinta itu tentang pengertian, dukungan, dan kesiapan untuk bersama-sama menjalani segala liku hidup. Aku tak ingin menjadikan perhatian sebagai ukuran utama hubungan kita. Aku ingin kita saling melengkapi, seperti dua bagian yang bersatu membentuk kesatuan."

Gadis itu mengangguk, mencerna kata-kataku dengan serius. Kemudian, dia tersenyum lembut. "Aku mengerti, dan aku menghargai kejujuranmu. Aku pun tak ingin memberimu beban yang tak kau inginkan. Tapi tahukah, terkadang perhatian juga bisa menjadi ekspresi dari cinta yang tulus."

Kami berdua kembali terdiam, membiarkan hening senja menyatu dengan kerlip bintang. Meskipun aku telah menyampaikan bahwa aku tak membutuhkan perhatiannya, tetapi dalam hati, aku menyadari betapa berharga setiap momen bersamanya.

Ketika malam menggantikan senja, kami berdua berjalan pulang, melewati jalan setapak yang diterangi lampu-lampu kecil. Meski tak mengucapkan kata-kata romantis, tapi dalam setiap langkah dan senyumnya, aku merasa ada kehangatan yang tulus. Kadang-kadang, cinta bukanlah kata-kata, melainkan kehadiran dan kebersamaan yang hadir tanpa syarat.

Aku tahu, meski aku berkata bahwa aku tak butuh perhatiannya, namun dalam kenyataannya, hatiku sedikit demi sedikit mulai melebur oleh kehadirannya yang tak tergantikan. Mungkin, cinta itu memang datang tanpa permisi, bahkan ketika kita berusaha untuk tidak terlalu memilikinya.

Penulis: Kristoforus Dos Santos (Kefamenanu, 26 Desember 2023).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline