Lihat ke Halaman Asli

Kelana Swandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Nguri-uri Budaya: Tari Gambyong Kearifan Lokal Penghormatan pada Dewi Sri, Dewi Padi

Diperbarui: 19 Juli 2024   10:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nguri-uri Budaya : Tari Gambyong Kearifan Lokal, Penghormatan pada Dewi Sri, Dewi Padi(dokpri)

Dalam Pariwisata Berkelanjutan, pelestarian adalah elemen penting, baik pelestarian alam maupun pelestarian budaya yang merupakan warisan tak benda.

Dalam acara Festival Camp dan Budaya Grebeg Suro Ponorogo 2024 ini juga dipentaskan berbagai seni budaya daerah Ponorogo yang disuguhkan sebagai paket wisata budaya yang apik dan menarik.

Salah satu tari yang dipersembahkan adalah tari gambyong.

Pada awal terciptanya, tari gambyong digunakan pada upacara ritual pertanian seperti  yang saat ini dipentaskan dalam Festival Camp dan Budaya Grebeg Suro Ponorogo 2024 ini.

Tari gambyong melambangkan kesuburan (dokpri)

Pada penampilan kali ini, tari gambyong digambarkan sebagai tari yang merupakan simbol kesuburan.

Tarian ini dipersembahkan atau sebagai  penghormatan pada Dewi Sri untuk kesuburan padi dan perolehan panen yang melimpah. Dewi Padi atau Dewi Sri digambarkan sebagai penari-penari yang sedang menari dan bergembira, sehingga membawa aura kesuburan dan keberuntungan dengan melimpahnya hasil pertanian.

Tari Gambyong juga biasa dibawakan untuk menyambut tamu, sehingga sejak awal tari selamat datang, tari gambyong sudah ditampilkan bersama dengan tari Bujang Ganong yang telah dikreasikan dengan koreografi yang apik dan menarik sebagai seni pertunjukan.

Dikutip dari id.m.wikipedia.org, dalam Serat Centhini, sebuah kitab yang ditulis pada masa pemerintahan Pakubuwana IV (1788-1820) dan PakubuwanaV (1820-1823) disebut kan adanya gambyong sebagai tarian tlèdhèk/ tayub dalam kesenian  rakyat.

Selanjutnya, salah seorang penata tari pada masa pemerintahan Pakubuwana IX (1861-1893) bernama K.R.M.T. Wreksadiningrat mengolah dan menggubah tarian rakyat ini agar layak ditampilkan di kalangan para bangsawan keraton.

Tari gambyong adalah penghormatan untuk Dewi Sri, Dewi Padi(dokpri)

Tarian rakyat yang telah diperhalus dan ditata  ini menjadi populer dan bermartabat, sehingga menurut Nyi Bei Mardusari, seniwati yang juga selir Sri Mangkunegara VII (1916-1944),pada masa itu gambyong biasa ditampilkan untuk menyambut tamu  di lingkungan Istana Mangkunegaran.

Perubahan yang revolusioner terjadi ketika pada tahun 1950, Nyi Bei Mintoraras, seorang pelatih tari dari Istana Mangkunegaran pada masa Mangkunegara VIII, mengkreasikan tari gambyong yang dipakemkan dan  dikenal sebagai Gambyong Pareanom.

 Koreografi ini dipertunjukkan pertama kali pada upacara pernikahan Gusti Nurul, saudara perempuan Mangku Negara  VIII, pada tahun 1951. 

Tarian ini kemudian populer dan disukai oleh masyarakat sehingga memunculkan versi-versi lain yang dikembangkan untuk konsumsi masyarakat luas dengan koreografi yang cantik dan beragam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline