Lihat ke Halaman Asli

Isti Yogiswandani

TERVERIFIKASI

Penulis buku Kidung Lereng Wilis(novel) dan Cowok Idola (Kumpulan cerpen remaja)

Baby Blues Syndrome: Bisa Berakibat Fatal Seperti Kasus Istri Membakar Suami?

Diperbarui: 15 Juni 2024   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perempuan yang mengalami baby blues bisa merasa nyaman saat punya teman curhat (Sumber : AI diolah dengan canva)

Psikolog forensik menyebut kemungkinan Briptu FN terkena baby blues syndrom atau kondisi ibu mengalami depresi ringan pasca melahirkan(kompas.com)

Baru-baru ini ada berita menghebohkan tentang seorang istri yang membakar suaminya gara-gara saat mengecek gaji ke-13 suaminya di rekening tinggal 800 ribu.

Peristiwa tersebut menimpa seorang  suami anggota polisi Briptu RDW (28), yang bertugas di Polres Jombang, sementara pelaku adalah istrinya, Briptu FN (28), polwan  yang bertugas di Polres Mojokerto Kota.

Tapi ada fakta lain yang mengatakan, sang istri tega melakukan tindakan keji kemungkinan juga dipengaruhi oleh baby blues yang mempengaruhi kondisi mental nya, sebab sang istri yang berprofesi sebagai polwan belum lama melahirkan anak kembar. 

Pasca melahirkan, biasanya kadar hormon pada seorang perempuan  yang baru menjadi ibu akan mengalami penurunan sehingga dapat berpengaruh terhadap suasana hati(naturalfarm.id)

Baby blues menyerang karena perubahan yang signifikan dalam tubuh dan pikiran seorang wanita setelah melahirkan. 

Perasaan cemas, sedih, atau putus asa adalah reaksi yang wajar terhadap situasi yang baru dan menantang. 

Seorang istri yang depresi dan mengalami baby blues (sumber : AI diolah dengan canva)

Dengan dukungan yang tepat dan perawatan yang tepat, kebanyakan wanita dapat pulih dari baby blues dengan baik.

Mungkin saya termasuk perempuan yang beruntung karena tidak mengalami baby blues Syndrome. Saat melahirkan anak pertama, saya murni ibu rumah tangga dan cuma tinggal berdua dengan suami. Jadi semua berjalan santai tanpa tekanan dan keharusan mengurusi orang lain.

Ceritanya bisa jadi berbeda kalau saya wanita karir yang harus mengurus bayi, sekaligus menyelesaikan pekerjaan profesional. Saya hanya butuh fokus pada pertumbuhan dan perkembangan anak saya.

Bahkan ketika anak kedua lahir tanpa waktu lama, saya sudah siap menghadapi bersama suami dan merundingkan apa yang harus dilakukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline